Nasional Bola

Penggunaan Aplikasi untuk Wasit: Apakah Ini Terobosan Baru?

Wasit adalah salah satu komponen terpenting dalam pertandingan sepak bola. Terbayang jika tidak ada wasit yang tiup peluit dan sibuk berlarian ke sana kemari? Sosok tegas di lapangan hijau ini memang menentukan jalannya pertandingan. Tidak salah jika ada pendapat bahwa memimpin itu adalah seni, begitu juga dengan memimpin pertandingan di lapangan hijau.

Namun, sering sekali keputusan wasit itu tidak selalu disetujui para pemain dan pelatih. Dari masalah gol berbau offside hingga hukuman penalti. Tentunya kita banyak melihat kejadian serupa, baik di pertandingan bola lokal maupun internasional. Di kompetisi Liga 1 Indonesia, misalnya. Sering ada klub yang melakukan protes terhadap kinerja wasit yang berat sebelah, tidak tegas, dan lain sebagainya. Lagipula, wasit juga manusia biasa, bukan?

PSSI sebagai induk organisasi sepak bola terus berbenah diri memperbaiki kualitas wasit. Salah satunya dengan merekrut mantan direktur wasit FIFA, George Cumming, sebagai konsultan wasit PSSI. Pria Skotlandia ini ditugaskan melakukan evaluasi terhadap kinerja wasit di Indonesia.

Aplikasi sebagai solusi, seberapa efektif?

Menurut Cumming, salah satu masalah yang dihadapi dalam mengevaluasi wasit adalah luas wilayah Indonesia. Misal seluruh wasit dikumpulkan jadi satu di Jakarta sementara ada yang tinggal di Aceh, Medan hingga ujung timur seperti Ambon dan Papua, jelas tidak memungkinkan untuk para wasit guna berkumpul di Jakarta.

Oleh karena itu, Cumming mempunyai gagasan agar ada aplikasi di tiap gawai wasit sebagai sarana belajar bagi para wasit. Sehingga wasit tidak perlu bertatap muka dengan penanggung jawab wasit dari pihak PSSI.

Dihubungi Football Tribe Indonesia, wasit berlisensi FIFA, Thoriq Alkatiri, mengatakan bahwa sampai detik ini belum ada penjelasan secara rinci seperti apa penggunaannya nanti di Indonesia. Namun wasit keturunan Arab kelahiran Purwakarta ini mempunyai pengalaman tersendiri saat mengikuti program FIFA tahun 2015 lalu.

Sementara itu, mantan wasit nasional yang pernah menjabat di Komisi Wasit PSSI, Roberth Rouw, mengatakan bahwa penggunaan teknologi tentunya diperlukan. “Namun, sekarang ada tidak dananya untuk itu. Lalu wasit yang level apa yang bisa menggunakan teknologi tersebut, tentu nantinya harus ada pelatihan.”

Masalah aplikasi, Roberth menjelaskan PSSI sudah sempat menyiapkan program kerja terkait hal tersebut. Dengan mengirim hasil pertandingan lewat aplikasi (yang sudah disediakan akun untuk login dan kata sandinya) FIFA dan kemudian akan dievaluasi.

“Itu sudah akan disiapkan di program kerja setelah kongres. Tetapi kan ada masalah yang berujung pada dijatuhkannya sanksi FIFA,” ujarnya.

Mengenai rencana aplikasi yang menurut Thoriq sebagai sarana penghubung para wasit, itu bisa dilakukan dengan memotong video pertandingan.

“Misalnya ada suatu kejadian yang menimbulkan protes. Entah itu offside atau penalti atau apapun. Nah, dari situ video dipotong. Lalu seluruh wasit melihat dan dimintai pendapatnya apa keputusan ini benar atau tidak. Nanti baru Pak Cumming memutuskan. Tetapi kita juga bisa mengutarakan pendapat kita jika kita tidak setuju,” ujar Thoriq.

Pekerjaan sebagai wasit jelas sangat menantang. Apalagi jika menghadapi pertandingan yang menentukan. Hal ini diakui Thoriq yang mengatakan laga Arema FC kontra Persipura tahun 2012 dianggap sebagai pertandingan yang sangat sulit yang pernah dia pimpin di kariernya.

“Karena itu kan penentuan juara. Yang kalah otomatis peringkat turun. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1.”

Selain aplikasi, baik Roberth sebagai senior dan Thoriq sebagai wasit muda yang telah berlisensi FIFA ini sepakat bahwa penggunaan teknologi seperti video asisten wasit (VAR), selain aplikasi, sangat dibutuhkan dalam sepak bola. Beberapa negara maju sudah menggunakan VAR walau masih taraf uji coba. Di Bundesliga sendiri, sudah ada beberapa tahap pelatihan bagi para wasit terkait penggunaan VAR ini.

“Kita lihat saja cabang tenis. Sudah tidak ada protes lagi masalah bola itu masuk atau keluar. Tinggal putar saja rekamannya, kan bisa terlihat. Nah, di sepak bola harusnya seperti itu. Kalau pelatih ngomong A, pengamat ini pendapatnya B, yang lain bilang C, manajer pernyataannya beda lagi wah, tidak akan selesai. Apalagi jika itu pertandingan yang penting,” ujar Roberth.

Harapannya? Keduanya berharap PSSI bisa lebih mempersiapkan diri, dari anggaran hingga sumber daya manusia agar bisa menciptakan wasit yang berwibawa, berkualitas sekaligus tidak gagap dengan perkembangan teknologi.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)