Kolom

Kaki Langit Cristiano Ronaldo

Selama 12 bulan ke belakang, banyak hal yang sudah dirayakan Cristiano Ronaldo. Pencapaian apa lagi yang bisa dikukir oleh lelaki dari Madeira tersebut?

Perjalanan 12 bulan yang luar biasa. Dimulai dari mematahkan semua prediksi, Ronaldo memimpin Portugal menjadi kampiun Eropa di bulan Juni 2016. Mematahkan semua prediksi karena untuk lolos dari fase grup saja Portugal membutuhkan “keajaiban”. Tim asuhan Fernando Santos tersebut tak pernah menang dari tiga laga di fase grup!

Selepas dari fase grup, Ronaldo baru bisa mencetak gol lagi di babak semifinal melawan Wales. Dan di laga puncak, ia ditarik keluar di paruh awal pertandingan karena cedera. Ronaldo tak selalu bermain baik. Namun dengan keberadaannya saja, lawan akan selalu memperhitungkan setiap skema yang digelar, bahkan ketika Ronaldo sedang tak bermain bagus.

Lagipula, akhirnya Portugal tetap juara dan Ronaldo yang menjabat sebagai kapten, mengangkat piala dengan penuh kebahagiaan. Karena yang akan selalu diingat adalah, ia yang menjadi juara, meskipun tak bermain baik, apalagi mempersembahkan sepak bola indah nan menghibur, seperti pesan Sir Alex Ferguson kepada para manajer muda: “Kalian harus bisa menghibur.”

Narasi yang sama terjadi hari Minggu dini hari kemarin, Juni 2017. Sejak lolos dari babak penyisihan grup, cara bermain Real Madrid justru semakin sederhana. Tak ada nuansa canggih dari cara Zinedine Zidane menginstruksikan Madrid bermain, atau boleh Anda gunakan istilah “rumit” untuk menggambarkannya. Setidaknya, istilah tersebut sempat disematkan kepada Pep Guardiola dan Barcelona saat mereka menyapu bersih semua piala.

Justru yang sederhana, yang semakin berbahaya, dan Ronaldo kembali mengangkat piala lagi. Total, ia sudah memenangi empat gelar Liga Champions, tiga kali bersama Madrid, dan satu kali ketika berseragam Manchester United. Ronaldo juga yang punya andil besar membantu Madrid memecahkan rekor sebagai klub yang berhasi menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut. Sebuah pencapaian yang pastinya juga akan ditulis di buku rekor miliknya.

Cara Real Madrid juara Liga Champions 2016/2017 adalah cerminan paling jernih soal evolusi Ronaldo sebagai pemain. Saat masih bocah dan bermain untuk Sporting Lisbon, dan beberapa tahun bersama United, Ronaldo adalah penyerang sayap dengan segala keindahan menggiring bola. Usia mudanya ia terjemahkan dari caranya bermain, yang meledak-ledak.

Namun menginjak usia 30 tahun, Ronaldo berubah. Ia tak lagi seorang penyerang sayap yang lihai mengincar gawang dari jarak 30 meter. Ronaldo menjadi predator di dalam kotak penalti. Langkahnya semakin terbatas, namun pandangannya justru semakin luas. Ia mengandalkan kecepatan berpikir, alih-alih kecepatan berlari.

Ia seperti seorang maestro samurai, yang menyelesaikan duel dalam satu gerakan. Kesederhanaan, yang kembali saya tegaskan, membuat Real Madrid, dan Ronaldo di dalamnya, semakin berbahaya. Kesederhanaan itu pula, yang menjadi kekuatan utama Ronaldo untuk memburu rekor selanjutnya.

Adalah April dan Mei 2017, dua bulan yang menjadi penegasan kelihaian Ronaldo di dalam kotak penalti. Bulan April, Ronaldo menjadi manusia pertama yang mencetak 100 gol di kompetisi klub Eropa. Sedangkan di bulan Mei, bapak angkat dari Martunis itu menjadi pencetak gol terbanyak di lima liga top Eropa setelah mencapai 400 gol bersama Madrid.

Begitu banyak gol, begitu banyak yang ia rayakan di setiap pertandingan, dan pengakuan dunia sudah sewajarnya ia nikmati. Mundur ke bulan Januari 2017, Ronaldo dipilih menjadi pemain terbaik versi FIFA. Dan jika kembali ke tahun 2016, kali ini di bulan Desember, Ronaldo mentahbiskan dirinya sebagai pemegang gelar pemain terbaik di dunia. Gelar Ballon d’Or yang keempat bagi dirinya, dan tentunya membuat Lionel Messi mendengus di sudut Catalan sana. Dua pemain yang mendominasi panggung termegah Eropa selama dasawarsa terakhir.

Melihat semua pencapaian istimewa dari Juni 2016 hingga Juni 2017, boleh dibilang hanya tersisa satu lagi medali termasyhur yang belum melingkar di lehernya: Piala Dunia.

Messi hampir berhasil merengkuhnya di Brasil. Sebelum Mario Gotze membuyarkan impian La Pulga meniti jalan El Dio, Diego Maradona. Sementara itu, Ronaldo, dan tentu saja Messi akan berebut panggung tertinggi tersebut di tahun 2018.

Trofi Piala Dunia akan menjadi penegasan paling tebal bahwa, Cristiano Ronaldo, adalah pemain terbaik di dunia, mengikuti jejak Der Kaizer, Franz Beckenbauer, yang sudah memenangi semua gelar tertinggi, baik klub maupun negara.

Di Funchal, di tepi Pulau Madeira, Ronaldo akan berdiri di sana. Dipandanginya kaki langit yang jauh di sana. Ada apa di balik kaki langit itu? Hadiah terbesar apa yang bisa ia nikmati selanjutnya? Di kaki langit kariernya, Ronaldo menatap nanar trofi Jules Rimet, trofi paling megah di panggung sepak bola.

Ia mungkin tak sempurna sebagai manusia, namun kariernya sebagai pesepak bola adalah anugerah tertinggi bagi setiap bocah yang punya angan yang sama. Dan di kaki langit Cristiano Ronaldo, nampak trofi Piala Dunia yang menggoda untuk dijelajahi.

“Now, bring me that horizon! And really bad eggs. Drink up, me hearties, yo ho!”

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen