Eropa Champions League

Cardiff 2017: Tak Ada Final untuk Gareth Bale?

Setelah sembuh dari cedera, Gareth Bale kesulitan menemukan kembali performa terbaiknya. “Manusia 100 juta” itu juga terancam tak bisa tampil di laga terbesar musim ini, final Liga Champions, yang ironisnya, digelar di negaranya sendiri.

Sepanjang musim 2016/2017, tercatat Bale mengalami empat jenis cedera. Mulai dari cedera pinggul, pergelangan kaki, otot, dan betis. Jika ditotal, mantan pemain Tottenham Hotspur tersebut absen selama 137 hari dan melewatkan 29 laga Real Madrid. Proses penyembuhan adalah sebuah masalah, namun mengembalikan performa adalah masalah lainnya.

Terutama jika kita berbicara panggung mewah bernama Liga Champions, di mana Real Madrid tengah dalam misi menjadi klub pertama yang mampu mempertahankan gelar juara. Bale, bersama Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema, dituntut untuk selalu tampil di level tertinggi. sesuai dengan besarnya investasi yang dikeluarkan manajemen Madrid untuk ketiganya.

Dan di laga pertama fase perempat-final Liga Champions, Bale gagal menunjukkan bahwa dirinya layak kembali ke tim utama setelah lama absen karena cedera. Melawan Bayern München di Allianz Arena, Bale seperti tak mampu mengikuti kencangnya ritme pertandingan. Gagal tampil maksimal, Bale digantikan Marco Asensio pada menit ke-59.

Celakanya, Asensio tampil ciamik. Gelandang muda Real Madrid tersebut pandai mencari ruang. Salah satunya, ketika ia tak terkawal di sisi kanan pertahanan Bayern dan berhasil mengirimkan umpan silang. Ronaldo, yang sudah siap di dalam kotak penalti, mencocor bola hasil umpan silang Asensio. Gol dan Madrid menang di kandang Bayern.

Tambah celaka lagi, setelah penampilan yang begitu buruk di laga pertama perempat-final Liga Champions, Bale kembali cedera. Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Zinedine Zidane sebelum melakoni laga kedua di Santiago Bernabeu. Setelah Asensio bersinar di laga pertama, kini giliran Isco yang unjuk gigi.

Isco, gelandang 25 tahun dari Spanyol tersebut, mencuri perhatian di dua laga semifinal melawan Atletico Madrid. Dan tak hanya sekadar mencuri tempat Bale, gelandang serang yang memiliki cara berjalan yang aneh tersebut memaku namanya di dalam daftar sebelas pemain awal Real Madrid. Setelah lama tersingkir, Isco mendapatkan kesempatan, yang memang layak ia dapatkan. Dan satu nama ini yang akan (dan layak) menggeser Bale dari final di rumahnya sendiri.

Pada awal bergabung bersama Real Madrid, Isco tak banyak mendapatkan menit bermain. Keberadaan Bale, Ronaldo, dan Banzema adalah salah satu alasannya. Alasan yang lain adalah Madrid bahkan tak bermain dengan gelandang serang, yang berdiri dekat dengan penyerang. Namun, cederanya Bale adalah berkah tersendiri.

Zidane mengubah pendekatan timnya, dengan menambah satu pemain lebih di lini tengah. Isco, menjadi pelengkap trio gelandang yang menggerakkan mesin penghancur bernama El Real. Tim asuhan Zidane tersebut punya kontrol yang lebih kuat dengan Isco ada di belakang Ronaldo dan Benzema. Semua hasilnya saat ini didasarkan kepada kesabaran dan kekuatan hatinya.

“Saya mengawali musim dengan penuh keraguan, tapi dengan kepecayaan pelatih dan para rekan, musim ini akan berakhir dengan baik,” ungkap Isco kepada Guardian. Ucapannya tersebut menjadi gambaran betapa beratnya persaingan di dalam tim Madrid. Isco, dengan kemampuan seperti itu, sempat ragu ketika ditawari kesempatan negosiasi kontrak baru. Ia sudah berpikir akan hengkang.

Namun, Isco tak ingin menyerah dengan keadaan. Ia tak ingin menyalahkan para rekannya yang memang juga tampil apik. “Jika saya tidak bisa menjadi pemain utama di dalam tim asuhan Carlo Ancelotti dan Zidane, maka itu salah saya sendiri,” tegasnya. Ia menyadari bahwa untuk masuk dalam tim utama, ia harus memperjuangkan haknya.

Dan dengan sikap seperti itu, Isco menjadi kunci Real Madrid membongkar pertahanan Atletico Madrid di laga pertama semifinal Liga Champions.

Kemampuannya untuk “mondar-mandir” di depan kotak penalti membuat blok pertahanan Atletico kesulitan menekan pemain bercambang tersebut. Bermain di kerumunan pemain merupakan salah satu kelebihan Isco. Pemain yang demikian disebut needle player, seorang pemain yang pandai membawa bola di tempat yang sempit atau di tengah tekanan beberapa pemain lawan.

Kelebihannya ini pula yang membuat Isco akan menjadi pilihan yang lebih bijak untuk meladeni lini tengah Juventus di final nanti.

Melihat perkiraan susunan pemain di atas, dengan keberadaan Isco, Real Madrid akan memiliki keunggulan jumlah pemain di lapangan tengah. Dengan kemampuannya menarik bek lawan dan mempertahankan bola di wilayah lawan, Juventus, mau tak mau, harus mengawasi pergerakan Isco. Sebuah situasi yang menguntungkan bagi Ronaldo dan Benzema.

Berdasarkan situasi di atas, kemungkinan Bale untuk bermain semakin menegecil. Apalagi, jika ia tak bisa sehat tepat waktu. Melihat perkembangan Isco di dalam skema yang baru, bahkan Ronaldo, Marcelo, dan Ramos dikabarkan sempat menemui Zidane dan meminta tak memainkan Bale. Ketiga pemain berpengaruh di Madrid tersebut ingin Isco tampil di final.

Pernyataan yang dikutip oleh Calciomercato.com tersebut terdengar adil jika dipikirkan kembali. Meski sudah berlatih bersama tim, Bale akan menghadapi lawan yang matang, baik secara mental, fisik dan taktik. Sebuah keadaan yang tidak ideal bagi pemain yang kabarnya, proses pemulihan cederanya dipercepat demi laga final. Meskipun, final nanti akan digelar di Wales, rumahnya sendiri dan tentu memberi semangat tambahan.

Namun, melihat bagaimana Isco bekerja keras untuk masuk dalam tim utama Real Madrid, nampaknya, tidak akan ada final untuk Gareth Bale di Cardiff nanti malam.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen