Analisis

Profil Taktik: Melihat Ederson Moraes Bekerja

Kepada Txiki Begiristain, konon Pep Guardiola ingin mendatangkan tujuh hingga delapan pemain baru. Setelah bekerja kilat untuk mendatangkan Bernardo Silva, Manchester City selangkah lagi sukses mendapatkan tanda tangan Ederson Moraes, kiper muda Benfica.

Usianya baru 23 tahun, cukup muda untuk kiper dengan kematangan yang ia tunjukkan. Melihat kemampuannya, hasrat Guardiola mendapatkan kiper dengan spesialisasi distribusi nampaknya sudah terpenuhi. Setelah tidak memperpanjang kontrak Willy Caballero, City memilih Ederson sebagai calon kiper utama mereka.

Ederson tidak didatangkan City dengan harga murah. Jan Hagen, jurnalis dengan spesialiasi Liga Portugal, mengungkapkan bahwa Ederson diboyong dengan banderol 40 juta euro dan kontrak berdurasi lima tahun. Dengan nilai transfer tersebut, Ederson menjadi kiper termahal kedua setelah Gianluigi Buffon, yang dipinang Juventus dari Parma dengan mahar 50 juta euro.

Dengan banderol setinggi itu, paket apa yang akan ditawarkan Ederson untuk klub barunya? Pertama, simak video di bawah ini:

Dari video di atas, terlihat beberapa ciri khas penyelamatan Ederson. Anda bisa melihat ia beberapa kali menyentakkan tangan ketika menghadapi tembakan diagonal. Maksudnya, ketika telapak tangan Ederson menyentuh laju bola, ia akan menyentakkan pergelangan tangan. Ciri ini menunjukkan bahwa ia memilik (pergelangan) tangan yang kuat.

Ciri ini pula, akan sangat membantu ketika terjadi situasi satu lawan satu dengan lawan. Ketika menepis tembakan lawan, akan terjadi situasi yang sering tak bisa diduga, yaitu ketika terjadi bola liar dan rebound harus dilakukan. Kiper semenjana hanya akan berusaha menahan bola di arah lajunya, tanpa memperkirakan ke mana bola akan terbang. Kiper elite, akan mengarahkan tembakan tersebut ke arah yang lebih tidak berbahaya. Kemampuan ini sulit untuk dikuasai, namun Ederson menunjukkan bahwa ia punya kemampuan dasar yang dibutuhkan.

Dari video di atas juga beberapa kali terlihat kemampuan refleks Ederson yang cukup baik. Kecepatan refleksnya untuk merespons laju bola yang juga cepat merupakan satu aspek yang mutlak dimiliki semua kiper. Lewat kemampuannya ini, Ederson tak hanya mengandalkan telapak tangan dan kaki untuk menghalau bola. Ketika situasi tak menguntungkan, ia masih bisa menepis bola menggunakan bahu, lengan, dan ujung jari.

Kekuatan pergelangan tangan, kecepatan berpikir, dan refleks yang baik membantu Ederson menjadi kiper yang tangguh ketika menghentikan tembakan jarak dekat. Musim lalu, City tak menunjukkan kerapatan pertahanan yang ideal. Oleh sebab itu, kiper banyak berhadapan dengan tembakan lawan di dalam kotak penalti. Claudio Bravo dibuatnya kesulitan. Namun, dengan dasar kemampuan di atas, Ederson mungkin punya peluang lebih besar untuk menjadi kiper utama.

Masih dari video di atas, terlihat kemampuan Ederson untuk mengukur jarak juga sangat baik. Kemampuan ini akan sangat berguna ketika situasi satu lawan satu. Tidak terburu-buru untuk menjatuhkan diri guna menerjang pemain lawan adalah berkah. Artinya, Ederson akan lebih sulit dilewati lawan. Pun, ia dapat dengan cepat memangkas ruang tembak lawan.

Ketika merendahkan diri untuk menjangkau bola bawah, bagian tubuh atas Ederson tetap tegap. Jadi, ketika lawan melakukan kecohan, dari tembakan menyusur tanah, berubah menjadi chip, Ederson akan lebih mudah mengantisipasi. Apalagi, dengan kemampuan refleksnya, pemain lawan harus lebih canggih lagi melakukan gerakan tipu daya.

Nah, apabila kita berbicara Guardiola, narasi yang terngiang adalah kiper dengan kemampuan distribusi. Kiper tak hanya bertugas mencegah bola masuk ke gawang. Seorang kiper juga harus menjadi libero, seorang gelandang bertahan, bahkan menjadi playmaker. Victor Valdes, Manuel Neuer, dan Claudio Bravo punya kemampuan yang serupa. Bagaimana dengan Ederson?

Perhatikan video di bawah, terutama di bagian distribusi:

Pertama, perhatikan gelagat Ederson ketika menerima bola lurus ke arahnya, bisa hasil sundulan lawan, tembakan, maupun umpan backpass menggunakan kepala dari kawan. Sekitar satu atau dua detik sebelum bola menyentuh sarung tangannya, Ederson selalu mengangkat kepalanya. Ia baru melihat ke arah tangannya, ketika bola sudah berada di sana. Untuk memastikan.

Kebiasaan ini sangat berguna untuk distribusi cepat. Ederson tak membutuhkan waktu lama untuk melihat bola. Ia menganalisis keadaan, melihat posisi kawan serta lawan, dan menentukan arah distribusi bola. Daya amat yang jeli ini sangat berguna ketika ia harus rushing out atau berlari keluar dari area kotak penalti untuk menghalau bola. Simak gambar di bawah ini:

Kaos warna merah adalah pemain Benfica, sedangkan yang berwarna kuning gelap adalah lawan mereka. Ketika umpan terobosan lawan terlalu jauh, posisi Ederson cukup menguntungkan untuk segera menghalau. Namun, kegagalan umpan terobosan tersebut justru membuat lawan menempati posisi ideal untuk mencegah Ederson mengoper ke pemain terdekat, seperti ditunjukkan penomoran di atas.

Jika diperhatikan lagi, barisan pemain yang berlari ke arah bola (dan Ederson) menutup jalur kiper untuk menghalau ke depan. Solusi termudah adalah menghalau bola ke samping dan membuat lemparan ke dalam untuk lawan. Waktu yang sebentar terhenti membuat pemain-pemain Benfica bisa kembali ke posisinya. Namun, bukan itu yang dipikirkan Ederson. Perhatikan kelanjutan gambar di bawah ini:

Seperti keterangan gambar di atas, arah halauan bola dari Ederson mengarah ke penyerang di depan, yang punya kesempatan mengeksploitasi ruang di belakang bek lawan. Apakah penyerang Benfica tersebut offside? Tak masalah, karena pada intinya adalah pengamatan Ederson sudah cukup baik.

Memang, ia bisa aja memberikan bola kepada tiga pemain Benfica di sekitar wilayah lapangan tengah. Ederson memilih langsung mengarahkan bola kepada pemain depan. Ia menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dan memberi satu solusi. Bayangkan, musim depan, bola-bola macam apa yang bisa dinikmati Sergio Aguero, Gabriel Jesus dan Leroy Sane yang punya kecepatan?

Boleh dibilang, Ederson sudah mendekati kematangan seorang kiper veteran. Berada di bawah asuhan Guardiola akan sangat menguntungkan bagi dirinya. Claudio Bravo dan Joe Hart, yang kembali dari peminjaman di Torino, harus mewapadai pemuda dari Brasil tersebut.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen