Eropa Lainnya

Mempertanyakan Tur Akhir Musim Klub Eropa, Demi Keuntungan Semata?

Hanya beberapa hari setelah menjalani laga pamungkas Liga Primer Inggris, Liverpool dan Tottenham Hotspur langsung menggelar tur. The Reds ke Australia sementara Spurs menuju Hong Kong. Meski bukan fenomena baru, laga uji coba akhir musim kembali menimbulkan tanda tanya besar: Semata-mata karena uang?

Kritikan yang terus menerpa tampak tak membuat klub-klub Eropa goyah akan kebijakan terbang ribuan kilometer demi sebuah pertandingan persahabatan dengan turut membawa para pemain yang baru saja menjalani musim yang sangat padat. Liverpool total menjalani 47 laga musim 2016/2017 ini, sementara Tottenham lebih banyak enam partai mengingat partisipasinya di Liga Champions Eropa dan Liga Europa (ya, tetangga Arsenal ini kandas di fase grup Liga Champions).

The Reds sebenarnya baru saja melakoni laga penentuan yang menguras stamina para pemain, kontra Middlesbrough di Anfield. Tiga hari setelahnya, plus dipotong waktu penerbangan yang panjang, anak asuh Juergen Klopp sudah harus berada di ANZ Stadium untuk meladeni perlawanan tim lokal, Sydney FC.

Liverpool memang mengakali ini dengan melibatkan beberapa legendanya untuk tampil bersama tim utama. Deretan nama mulai dari Daniel Agger, Steve McManaman, Jamie Carragher, hingga sang kapten legendaris, Steven Gerrard turut disertakan.

Akan tetapi faktanya, tiga pemain yang masuk dalam starting eleven kontra Boro, Dejan Lovren, Roberto Firmino, dan Daniel Sturridge, turut diturunkan sejak menit awal laga. Menyusul kemudian Adam Lallana dan Joel Matip usai turun minum. Bagaimana dengan Spurs? Kondisinya ternyata tidak jauh berbeda.

Hugo Lloris, Toby Alderweireld, Ben Davies, Son Heung-min, dan Christian Eriksen tampil sejak peluit panjang berbunyi dalam laga post-season kontra Kitchee FC, atau hanya lima hari setelah jadi pemain inti pada partai pamungkas liga di kandang Hull City.

Sementara Vincent Wanyama, Eric Dier, Dele Alli, dan Harry Kane diturunkan sejak babak kedua dimulai. Sulit membayangkan bagaimana rasanya jadi para pemain mengingat panjangnya jarak dan waktu perjalanan hanya demi pertandingan tersebut.

Dua alibi berbeda

Lantas, apa alasan sebenarnya klub menggelar laga akhir musim ini? Jelang keberangkatan ke Australia, Klopp memberikan pandangannya. Kepada situs resmi klub, pria asal Jerman menyebut tur ke Negeri Kanguru bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi suporter melihat pemain idolanya dari dekat. “Itulah tugas kami,” pungkasnya.

Tak bisa dimungkiri salah satu tujuan setiap laga pra-musim di Asia Pasifik adalah memuaskan dahaga suporter yang tak semuanya berkesempatan menyaksikan langsung laga di Inggris atau belahan Eropa lainnya. Di Australia sendiri, rata-rata penonton yang datang menyaksikan laga Liverpool berkisar 70 hingga 90 ribuan atau hampir setengahnya dari kapasitas Anfield.

Alasan lain diungkap manajer Tottenham, Mauricio Pochettino. Dua tahun lalu pria asal Argentina itu didera kritikan sebelum uji coba akhir musim Spurs, juga di Australia. “Ini penting bagi kami untuk menghindari tur pra-musim. Bukanlah hal yang tepat ke Asia atau Amerika Serikat sebelum musim bergulir untuk melakukan aktivitas komersial,” belanya seperti dilansir Mirror.

Apa yang dikatakan Pochettino memang sempat dialami Klopp dan Liverpool musim ini. The Reds yang mengikuti turnamen pra-musim bertajuk International Champions Cup di Amerika Serikat (AS), tiba-tiba turun mesin di awal tahun baru. Alhasil posisi Philippe Coutinho dan kawan-kawan yang sempat jadi pesaing juara, merosot jauh. Meski demikian, dua alibi ini tampaknya masih belum cukup kuat untuk menutupi motif ekonomi di belakangnya.

Sejauh mata memandang, apa yang dilakukan Liverpool di Sydney beberapa hari lalu memang tak terlihat sebagai aktivitas komersial. Hari-hari Sturridge dan kawan-kawan diisi berwisata ke Pantai Bondi, bercengkerama bersama koala hingga mengunjungi rumah sakit lokal. Namun, jelas ada harga yang dipatok guna mendatangkan klub sekelas Liverpool ke Australia.

Sementara itu tujuan Spurs ke Asia di akhir musim ini sudah terlihat jelas sehari sebelum laga kontra Kitchee dipentaskan. Kehadiran Kane dan kawan-kawan ke Hong Kong sekaligus menandai perpanjangan kontrak sponsor utama, AIA, hingga 2022 mendatang.

Tottenham yang sudah menjalani hampir lima ribu menit di atas lapangan sepanjang musim ini, masih harus melakoni satu partai lagi demi sebuah kerja sama komersial. Representasi yang sulit dijauhkan dari kata perbudakan modern, atau mungkin sekadar liburan, seperti diutarakan juru taktik Arsenal, Arsene Wenger.

“Tur akhir musim tak ubahnya mimpi buruk,” sebutnya kepada The Guardian medio 2015 lalu. Menurut manajer berjuluk The Professor itu, orang-orang datang ke stadion menyaksikan pemain yang pikirannya sudah mengawang-awang ke masa liburan. “Mungkin ini tak lebih dari tur liburan dan bersantai bersama-sama, tapi sejujurnya untuk perspektif sepak bola, tak ada artinya sama sekali,” pungkas Wenger.

Previous
Page 1 / 2