Nasional Bola

Calon Kandang Sragen United di Pacitan yang Menyimpan Polemik

Di tengah liburnya kompetisi Liga 2, berita mengejutkan datang dari sebuah tim pesertanya, Sragen United. Dalam waktu dekat mereka akan berpindah stadion sekaligus mengubah nama tim mereka.

Apakah gerangan yang membuat salah satu tim yang menurut saya memiliki desain jersey terburuk ini meninggalkan Bumi Sukowati? Stadion Taruna yang tak layak pakai adalah penyebabnya. Ini mulai menjadi sorotan sejak insiden saat Laskar Gajah Purba menjamu Persis Solo.

Kapasitas Stadion Taruna terlalu kecil sehingga tidak sanggup menampung suporter tuan rumah sekaligus Pasoepati yang terkenal fanatik mendukung Persis Solo. Akibatnya, pagar stadion rusak dan Sragen United harus mengeluarkan dana 15 juta rupiah untuk memperbaiki kerusakan pagar.

Selain itu, Stadion Taruna juga belum dilengkapi akses khusus bagi pemain menuju ruang ganti. “Kalau mau ke ruang ganti, pemain harus melewati bagian depan penonton. Meski sudah dijaga petugas, itu membahayakan bagi keselamatan pemain”, ujar Komisaris Sragen United, Indika Wijaya, pada Solopos.

Mengutip pendapat yang diutarakan Alief Maulana, bagaimana mungkin sebuah stadion bisa lolos verifikasi sebelum liga dimulai, ketika ternyata mereka tidak layak menyelenggarakan pertandingan? Verifikasi macam apa yang dilakukan PSSI? Lagipula, kepindahan tim penghuni peringkat 6 di klasemen sementara Grup 4 ini akan sangat menyakitkan bagi warga Sragen.

Sragen bukanlah kota dengan tradisi sepak bola yang kuat dan kehadiran Sragen United tentu membuat warga Bumi Sukowati bangga karena akhirnya kota mereka memiliki kesebelasan profesional yang bertanding di kompetisi resmi PSSI. Namun kesebelasan tersebut akan “hilang” per Juli 2017 nanti.

Sragen United sebenarnya sempat mengungsi ke Stadion Ketonggo Ngawi untuk menghelat laga kandang kontra Persiba Bantul, namun biaya operasional yang besar tidak sanggup dipenuhi oleh manajemen tim untuk ke depannya.

Sragen United harus mengeluarkan biaya 50 juta rupiah, di mana 35 juta digunakan untuk membayar sewa stadion. Pemasukan dari tiket penonton juga harus dibagi dua.

Lalu kemana Sragen United akan bermukim di putaran kedua? Ini yang menjadi perbincangan hangat. Sragen United akan memakai Stadion Pacitan dan berganti nama menjadi Laga FC Pacitan.

Yang menjadi permasalahan adalah stadion incaran Sragen United tersebut menyimpan masalah kelam di belakangnya. Stadion tersebut dibangun di akhir masa jabatan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai sarana untuk memajukan olahraga Pacitan, dan pembangunannya ngadat. Kisah wisma atletnya (semacam rusunawa) mirip dengan apa yang terjadi di Hambalang dan hanya pembangunan stadion dan komplek olahraganya saja yang jadi. Di Pacitan, komplek olahraga itu dijuluki Hambalang 2.0.

Nama kesebelasan yang berubah jadi Laga FC Pacitan pun menjadi bahasan menarik. Laga FC sendiri merupakan nama asli klub ini. Awalnya, klub bentukan eks ketua umum PSSI La Nyalla Mattalitti ini digunakan untuk menampung para pemain PON Jawa Timur setelah berlaga di PON Jawa Barat.

Akan tetapi, tim ini tidak memiliki kandang resmi. Laga FC sempat gagal main di pertandingan perdana Torabika Soccer Championship (TSC) B melawan Persik Kediri karena tidak mendapat izin polisi memakai Stadion Merdeka, Jombang.

Mereka tercatat pernah menggunakan stadion di Surabaya dan terakhir di Stadion Brantas, Kota Batu. Hingga akhirnya di penghujung Maret lalu Laga FC dibeli oleh pengusaha asal Sragen dan namanya berubah menjadi Sragen United.

Lalu tahukah kamu bahwa komplek olahraga Pacitan ini belum diserahterimakan ke Pemkab Pacitan dan masih milik Kemenpora? Stadion itu seharusnya tidak boleh dipakai untuk kandang tim manapun karena kewenangannya masih di pusat. Selama ini, penggunaan Stadion Pacitan yang berkapasitas 5 ribu penonton ini diberikan kepada Perspa Pacitan.

Perspa sendiri adalah tim amatir yang tidak memiliki dana operasional tahunan yang memadai sehingga tidak mengikuti Liga 3. Status Perspa yang amatir pula yang membuat Stadion Pacitan diizinkan untuk dipakai mereka karena tidak untuk digunakan demi kepentingan komersil.

Dengan latar belakang yang cukup rumit dan rentan pelanggaran ini, kita patut mempertanyakan keabsahan dan kepatutan Sragen United atau Laga FC Pacitan terkait keputusan mereka pindah ke Pacitan dan memakai stadion penuh polemik ini.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi