Eropa Inggris

Cuci Gudang dan Bulan Madu Pep Guardiola

Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan meminang Pep Guardiola dengan harapan tinggi. Pengusaha dari Abu Dhabi tersebut ingin Guardiola menduplikasi kesuksesan Barcelona musim 2008/2009 ketika mereka meraih enam piala. Namun, musim Perdana Pep bersama Manchester City tak cukup memuaskan.

Ketika pertama kali datang, mayoritas skuat City adalah peninggalan Manuel Pellegrini. Dengan deretan pemain seperti Sergio Aguero, Raheem Sterling, Kevin De Bruyne dan David Silva, skuat City pada dasarnya sudah cukup baik. Guardiola lantas menambah beberapa pemain baru seperti Claudio Bravo, John Stones, Nolito, Ilkay Gündogan, Leroy Sane dan Gabriel Jesus.

Tiga pemain, Bravo, Stones, dan Gündogan menggambarkan dengan jelas ide yang akan diterapkan Guardiola di City. Namun, boleh dikata, hanya Leroy Sane dan Gabriel Jesus yang benar-benar mendekati ekspektasi Guardiola. Bravo, salah satu bagian penting dalam build-up Barcelona, justru gagap dengan tugas dasar seorang kiper, yaitu menghalau bola yang mampir ke gawangnya.

Sementara itu, Stones, bek muda dengan citra modern, tak bermain sesuai dengan banderol tinggi dirinya. Gündogan? Mantan belandang Borussia Dortmund tersebut justru kesulitan terbebas dari cedera dan absen hampir di sepanjang musim ini. Namun, masalah Guardiola tak hanya kegagalan para pemain yang ia datangkan.

Skuat lama City peninggalan Pellegrini kesulitan menerapkan ide Guardiola di atas lapangan. Pemain-pemain seperti Yaya Toure, Fernandinho, Vincent Kompany, Joe Hart, Nicolas Otamendi, Fabian Delph, Pablo Zabaleta, Gaël Clichy hingga Bacary Sagna tak bisa menemukan konsistensi yang mereka pegang ketika masih dilatih Pellegrini.

Percik-percik ide Guardiola memang sudah nampak dari setiap kali City bertanding. Namun, skuat yang ada masih kesulitan menerapkannya secara sempurna. Masalah soal waktu beradaptasi dengan ide Guardiola sempat dijadikan alasan. Namun, pada dasarnya, beberapa pemain kesulitan bermain dengan ide pelatih berkepala plontos tersebut.

Pablo Zabaleta
Pablo Zabaleta yang meninggalkan Manchester City mulai musim ini.

Cuci gudang

Langkah pertama Guardiola adalah tidak memperpanjang kontrak pemain yang sudah memasuki usia senja. Zabaleta (32 tahun), Jesus Navas (31), Clichy (31), Willy Caballero (35) dan Sagna (34), tergabung dalam gerbong pemain yang dilepas setelah kontrak mereka berakhir. Zabaleta sudah dipastikan bergabung dengan West Ham United, sementara pemain lainnya masih menanti peminat.

Selain kelima pemain di atas, masih ada beberapa pemain lainnya yang masa depannya bersama The Citizens tengah terancam. Dari lini belakang, Vincent Kompany dan Eliaquim Mangala bisa saja dilepas. Kompany, yang dikabarkan diminati Galatasaray, bukan tipe bek yang masuk dalam ide Guardiola. Bek asal Belgia tersebut tidak memiliki olah bola yang cukup baik. Lebih banyak bermain di akhir musim pun belum menggaransi masa depannya.

Namun, melihat karisma dan pengalaman yang dibawanya, Kompany mungkin saja dipertahankan. Pun Guardiola sempat mengungkapkan bahwa Kompany masih berpeluang berseragam City musim depan. Sementara itu, City kemungkinan akan melepas Mangala yang saat ini dipinjam Valencia. Sempat kesulitan beradaptasi dengan sepak bola Inggris, Mangala tak menunjukkan performa apiknya seperti kala berseragam FC Porto.

Di lini tengah, rumor ketertarikan City kepada Fabinho mengganggu masa depan tiga pemain sekaligus, yaitu Yaya Toure, Fernandinho, Delph, dan Fernando. Fabinho, yang musim ini mengilap bersama AS Monaco berposisi sama seperti keempat pemain tersebut. Pun kemampuannya di lini tengah akan cukup membantu Gündogan ketika sudah fit nanti.

Di lini depan, kejutan sempat terjadi ketika tersiar kabar bahwa Sergio Aguero berpeluang meninggalkan City musim depan. Namun, Guardiola enggan menanggapi lebih lanjut kabar tersebut selain menegaskan bahwa Aguero masih punya kontrak dengan City.

City sendiri sempat dihubungkan dengan Kylian Mbappe, penyerang muda AS Monaco. Maklum, bersama Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United, City masuk dalam kategori klub yang bisa saja menggelontorkan 100 juta paun lebih untuk satu pemain.

Jika cuci gudang terjadi, City harus melakukan pembelian pemain yang cukup banyak. Memang, risiko adaptasi akan menjadi isu. Namun, cuci gudang akan memberikan Guardiola lebih banyak ruang untuk memasukkan pemain-pemain yang sesuai dengan idenya.

Menjual pemain tidak selalu berkaitan dengan mendapatkan pemasukan. Namun, melepas pemain yang tak masuk dalam rencana jangka panjang juga salah satu bisnis yang baik. Meski terdengar keras, namun proyek Pellegrini bisa dibilang gagal di City, apabila melihatnya dengan kaca mata rencana jangka panjang.

Bulan madu

“Memulai dari nol” bisa menjadi suatu berkah tersendiri bagi Guardiola, terutama jika ia mendapatkan “garansi kesabaran” dari pemilik klub. Membangun skuat juara bukan hanya soal membeli pemain mahal, tetapi membeli pemain yang tepat. Selain usia muda, tentu perlu mempertimbangkan corak permainan.

Pelatih akan kesulitan menerapkan idenya apabila tak dibekali dengan amunisi yang tepat. Mengapa Guardiola bisa sukses bersama Barcelona di masa awal kepelatihannya? Karena Barcelona sudah menyediakan skuat dengan tulang punggung yang ideal bagi Guardiola untuk bekerja.

Bagaimana cara Barcelona mendapatkan skuat seperti itu? Apabila hendak membedahnya, Anda harus memutar waktu jauh ke belakang ketika Johan Cruyff memulai membangun katedral sepak bola di Catalan. Pada intinya adalah proses dengan kesabaran sebagai landasannya. Manajemen City harus memahami satu hal fundamental itu.

Perkawinan City dan Guardiola di tahun pertama tak berjalan sesuai yang diharapkan. Bulan madu keduanya baru akan terasa lebih hangat dan bergairah setelah keduanya saling memahami kebutuhan masing-masing, bagaimana mencapai orgasme prestasi bersama-sama, supaya menghasilkan perkawinan yang sakinah, mawaddah, dan wa rahmah. Sah!

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen