Nasional Bola

Tentang Upaya dan Rencana PSSI Meningkatkan Kualitas Wasit

Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 baru berjalan sekitar satu setengah bulan. Persaingan makin ketat dan para pendukung masing-masing tim terus menantikan para pemain andalan mereka untuk terus mencetak gol. Tentunya aksi para marquee player juga kerap dinanti.

Tetapi, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, termasuk kompetisi ini. Salah satu masalah penting yang menjadi perhatian selama berjalannya kompetisi ini adalah kinerja wasit. Sejumlah tim mengeluhkan kinerja wasit yang jauh dari memuaskan. Dari keputusan yang tidak adil hingga wasit yang tidak cepat bertindak saat ada pemain yang melakulan pelanggaran.

Protes terakhir dilayangkan PSM saat bertandang ke markas PS TNI di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Senin (15/5). Mereka melayangkan protes dengan wasit yang tidak bertindak apa-apa saat pemain PS TNI bermain kasar.

PSSI sebagai organisasi sepak bola nomor satu Indonesia akhirnya merespons dengan memberhentikan sementara 18 petugas pertandingan Liga 1 dan Liga 2 (yang terdiri dari 10 asisten wasit dan 8 wasit).

Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, kepada Football Tribe Indonesia mengatakan bahwa ada dua cara untuk mengevaluasi kinerja wasit. Cara pertama adalah melalui pantauan langsung petugas PSSI yang ada saat pertandingan berlangsung dan cara kedua adalah lewat video rekaman.

“Jadi tidak melakukan pemanggilan terlebih dulu. Saat laga berlangsung, PSSI menempatkan match commissioner yang mengawasi kinerja wasit secara keseluruhan, meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesiapan dia menjalankan tugasnya,” ujar pria asal Ngawi yang kerap disapa Jokdri.

Berapa lama para wasit dan asisten wasit ini dibebas tugaskan? Jokdri mengatakan sekitar dua minggu hingga satu musim kompetisi, tergantung keputusan Komite Wasit.

Sementara itu, mantan wasit nasional dan trainer AFC, Jimmy Napitupulu, mengatakan bahwa ada tiga hal yang memengaruhi keputusan wasit; apa yang dia lihat di lapangan, keberanian dia mengambil sikap, dan pendapat dari asisten wasit. Dan wasit juga punya hak menuruti atau menolak pendapat asisten wasit.

Jimmy dan Jokdri sepakat mengatakan bahwa tekanan paling berat dihadapi oleh para wasit yang memimpin Liga 2. Wajar saja, persaingan sangat ketat di liga kasta kedua Indonesia tersebut. Dari 62 tim, hanya 24 tim yang akan terpilih untuk bertahan dan mengikuti kompetisi tahun 2018. Tekanan demikian bertubi-tubi pada wasit.

“Evaluasi sebaiknya sebulan dua kali, ada atau tidak ada masalah. Itu yang dilakukan saya sewaktu masih di Komite Wasit (2013-2014). Karena yang tahu kesalahan wasit kan ya wasit sendiri. Tentunya ini penting agar kita bisa meningkatkan kualitas wasit,” ujar Jimmy yang pensiun dari dunia wasit setelah memimpin partai perempat-final AFF 2010 Filipina melawan Vietnam.

Perlu juga wasit dipanggil dan ditunjukkan rekaman video pertandingan tersebut. Jimmy mengatakan bahwa bisa saja wasit itu tidak melihat kejadian tersebut, misalnya ada pemain yang memukul pemain lawan. Jika wasit itu tahu tetapi tidak bertindak, ujarnya lagi, jelas itu kesalahan besar.

Sudut pandang wasit juga memengaruhi. Kejadian di lapangan dalam 90 menit begitu cepat. Contoh paling sering terjadi adalah soal penalti. Banyak kejadian di mana sudut pandang wasit bisa jadi beda saat ada pemain yang menyentuh bola dengan tangan, baik sengaja ataupun tidak. Jika penglihatan dia bagus, maka jarak jauh pun dia bisa melihat jika ada pelanggaran.

Selain itu, pemain juga perlu punya sikap mental yang kuat dalam menghadapi keputusan wasit. “Kita lihat di negara-negara yang sepak bolanya sudah maju, para pemain begitu profesional dan tidak turun mental apapun keputusan wasit,” ujar Jimmy.

Sementara itu, Jokdri juga meminta media bisa memberitakan secara netral. Jangan sampai karena ada satu dua kasus, lalu semua digeneralisir. Karena masih banyak wasit yang cukup bagus dan berkualitas di Indonesia ini.

Jimmy juga menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas wasit. “Baik wasit, pemain, pelatih, semua harus dibekali pengetahuan yang cukup mengenai peraturan pertandingan. Bagaimana mau memimpin pertandingan kalau mereka tidak paham aturan permainan? Selain itu, faktor psikologis juga berpengaruh.”

Kemudian pria Batak ini memberi contoh saat Persib menang 1-0 atas Persipura beberapa waktu lalu. Jimmy mengatakan bahwa selain penalti, harusnya wasit tidak hanya memberi penalti. Tetapi kartu merah untuk bek Persipura karena mendorong.

Bagaimana mengenai teknologi? Memang perkembangan teknologi tidak bisa dielakkan dan sepak bola juga bidang yang harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Adanya teknologi garis gawang (GLT) dan pembantu wasit video (VAR-video assistant referee) tentunya memudahkan wasit dalam mengambil keputusan. Teknologi VAR sudah mulai dipakai sebagai uji coba di beberapa liga Eropa dan Amerika.

“Masih jauh soal teknologi. Mau tidak kita persiapkan dana untuk itu? Sekarang persiapkan saja enam orang petugas pertandingan dan hearing set dulu, jangan muluk-muluk,”ujar Jimmy.

Terkait beberapa rencana PSSI ke depan mengenai peningkatan kualitas wasit nasional, kami mendapat sedikit kabar bahwa rencananya akan ada konsultan yang akan datang untuk program pengembangan wasit. Namun Jokdri, selaku pihak yang memberi kabar tersebut, belum merinci detail kegiatan tersebut.

“Itu nanti saja kami beri tahu lagi kabarnya. Yang pasti ini program jangka panjang agar semakin banyak wasit yang berkualitas dan memotivasi generasi muda agar punya kebanggaan tersendiri menjadi wasit,”ujar pria yang saat ini menjabat juga sebagai PLT Sekjen PSSI.

April lalu, pihak AFC mengadakan kursus penyegaran untuk 100 wasit di Indonesia. Tetapi, sekali lagi, peningkatan kualitas wasit adalah proses berkelanjutan yang tidak bisa instan.

Saat ini Indonesia punya lima wasit FIFA. Tetapi belum ada saat ini wasit kita yang memimpin pertandingan internasional. Lalu, bagaimana soal rencana wasit asing? Merekrut wasit asing memang tidak hanya sekedar impor wasit tanpa memperhatikan kualitas. Ke depan akan ada program pertukaran wasit, di mana wasit-wasit terbaik kita berkesempatan memimpin laga di luar negeri.

Masalah perwasitan memang kompleks, tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Tetapi sudah menjadi tugas PSSI dan seluruh pemegang kepentingan sepak bola nasional agar sama-sama menjadikan wasit sebagai profesi terhormat dan layak dibanggakan.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)