Nasional Bola

Slogan Ribak Sude dan Kesempurnaan PSMS di Liga 2

Rekor penonton di sepak bola Asia kala itu tercatat dengan sekitar 150 ribu pasang mata yang memadati Stadion Utama Senayan kala jadi saksi kedigdayaan PSMS Medan dalam merengkuh titel Perserikatan atas Persib Bandung tahun 1985 silam. Faktor finansial hingga konflik dualisme membuat trofi itu jadi yang terakhir mampir ke ibu kota Sumatera Utara tersebut, selain gelar juara turnamen kasta kedua, Piala Kemerdekaan, 2015 lalu.

Tak ada lagi identitas permainan rap-rap, yang berbanding lurus dengan produksi pemain muda berkualitas asal Medan dalam beberapa tahun terakhir. PSMS sendiri tampak kesulitan untuk sekadar menunjukkan diri ke permukaan. Klub berjuluk Ayam Kinantan itu bukan lagi kekuatan yang ditakuti lawannya.

Hingga akhirnya PSMS menemukan kebangkitannya sendiri. Lewat kombinasi skuat senior dan junior, tim yang bermarkas di Stadion Teladan ini memulai Liga 2 dengan persiapan cukup matang. Dimulai dengan kembalinya para bakat asli Medan, hingga uji coba berkelas melawan tim-tim Liga 1. Sebelum dikalahkan Arema FC dan PS TNI, PSMS sukses menahan imbang Persib dalam laga uji coba bertajuk duel klasik.

Memulai musim kontra tim baru nan menjanjikan, 757 Kepri Jaya FC, PSMS langsung tancap gas dan menang dua gol tanpa balas. Slogan Ribak Sude atau kurang lebih berarti “Koyakkan Semua”, benar-benar diaplikasikan anak-anak Ayam Kinantan di atas lapangan. Tak hanya menang, para pemain tampil amat bersemangat dan gaya rap-rap lewat karakter keras serta cepat sedikit demi sedikit mulai kembali terlihat.

Hingga pekan keempat Liga 2, PSMS jadi satu-satunya tim yang tampil sempurna dengan mencatatkan empat kemenangan beruntun tanpa kebobolan sekalipun! Kesempurnaan PSMS yang sukses melibas semua lawan dan memuncaki klasemen sementara Grup 1 Liga 2 tak lepas dari performa apik para pemainnya.

Duet Suhandimas

Suhandi. Kredit: Bolahita

Selain punya lini belakang kokoh, yang menonjol dari anak asuh Mahruzar Nasution itu adalah permainan menyerang atraktif yang sudah menghasilkan 11 gol. Dari total gol yang sudah dicetak, tujuh di antaranya dicetak duet pemain depan, Dimas Drajad dan Suhandi. Kerja sama yang sudah terjalin lama kala keduanya di PS TNI, kembali ditunjukkan di hadapan suporter PSMS.

Dimas yang terkenal setelah memperkuat Timnas U-19, didapuk jadi target man. Sejauh ini, dia sukses mencetak tiga gol dari empat laga, atau hanya absen mencatatkan namanya di tabel skor akhir saat PSMS bersua Persiraja Banda Aceh di pekan ketiga. Sementara itu, Suhandi bahkan lebih garang.

Dia menciptakan torehan emas tersendiri dengan menjadi pemain di Liga 2 yang tak pernah absen mencetak gol dalam empat pertandingan yang sudah dijalani. Setelah Kepri Jaya, gawang Pro Duta FC, Persiraja, hingga PSBL Langsa, jadi sasaran Suhandi. Menariknya, posisi asli pemain kelahiran Bandung itu adalah gelandang.

Kegemilangan keduanya juga tak lepas dari peran pemain senior sekaligus kapten tim, Legimin Raharjo. Meski sudah berumur 36 tahun, kepemimpinan dan gayanya mendikte permainan masih dibutuhkan skuat Ayam Kinantan. Akhir pekan nanti, Minggu (21/5), Legimin dan kawan-kawan kembali dijagokan untuk mempertahankan kesempurnaannya saat menjamu PS Bangka di Stadion Teladan.

Andai bisa mempertahankan konsistensi, harapan lolos ke Liga 1 musim depan bukanlah sebuah impian belaka. Ribak Sude, PSMS!

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho