Eropa Jerman

Shinji Kagawa yang Mampu Mengembalikan Performa

Terkadang dalam perjalanan karier mereka, para pesepak bola harus mampu mengambil langkah tepat saat memilih klub. Pasalnya, sudah terlalu banyak kasus di mana seorang pemain tak mampu memenuhi ekspektasi publik usai berganti seragam.

Klub-klub kaya begitu bernafsu mengontrak pemain-pemain berbakat, tapi kewalahan dalam memanfaatkan pemain yang bersangkutan. Alih-alih membantu klub, mereka justru menjadi beban karena biasanya gaji mereka begitu menjulang. Walhasil, para pemain pun menjadi nyaman meski jarang bermain.

Sepak bola negeri Jepang memiliki nama Keisuke Honda, yang seperti selalu salah dalam memilih klub. Ia seperti berada di tempat yang tepat, AC Milan, namun di waktu yang salah. Dikontrak pada Januari 2014, Honda berada di Milan yang limbung, yang acap berganti pelatih.

Berkebalikan dari Honda (yang sempat dijuluki Kaisar Keizuke), adalah satu nama yang berusia dua tahun lebih muda. Dialah Shinji Kagawa, yang berani meninggalkan Manchester United setelah kariernya di Old Trafford dirasakannya mandek.

Setelah memiliki gelandang bertenaga dinamo asal Asia dalam diri Park Ji-sung, Alex Ferguson mencari nama baru. Berbeda dengan Arsene Wenger, kesuksesan Park Ji-sung turut menyertai kesuksesan klub mendulang untung dari penjualan kaos. Sementara itu, Wenger bersama Arsenal selalu gagal dalam memanfaatkan bakat-bakat Asia yang mereka miliki.

Fergie memilih Kagawa yang waktu itu bersinar bersama Borussia Dortmund-nya Jurgen Klopp. Sebagaimana tren pemain-pemain Jepang lain, Jerman memang menjadi tempat Kagawa mengasah bakat. Di negara itu, bukan hanya bakat-bakat Jepang yang meraih berkah. Pemain asal Asia lain seperti Korea Selatan dan negara-negara Arab juga menguji skill dan mentalnya di sana.

Dortmund adalah pelabuhan pertamanya di negeri asing, setelah lima musim membela Cerezo Osaka. Bersama Die Borussen, ia menjadi fondasi tim yang berhasil mematahkan dominasi Bayern Munchen walau hanya sekejap. Di musim terakhirnya (2011/2012), ia berhasil mencetak 13 gol dan 8 asis. Penampilan tersebut dilengkapi dengan aksinya di final DFB Pokal melawan Munchen, lewat sumbangan 1 gol dan 1 asis.

Tatkala Sir Alex memanggil, tentu seperti rezeki nomplok. Sir Alex mampu memanfaatkan talenta Asia dalam diri Park Ji-sung dan memang terkenal andal dalam mengasuh bakat-bakat belia. Dortmund pun tak kuasa menahan keinginannya, dan Kagawa menjadi pemain Jepang pertama yang membela Setan Merah.

Musim pertama berjalan cukup baik. Sebagai gelandang, ia tampil sebanyak 20 kali dengan sumbangsih enam gol dan tiga asis. Memikul beban besar, Kagawa melaluinya di umur yang masih muda, 24 tahun. Selain itu, ia juga berhasil mencatat rekor baru. Ia menjadi pemain Asia pertama yang mampu mencetak trigol di Liga Primer Inggris! Hal tersebut ia lakukan di pertandingan melawan Norwich City.

Sayang, musim tersebut adalah musim terakhir Ferguson sebagai pelatih. Kenangan manis Kagawa cecap karena ia mengakhiri musim perdana sebagai jawara Inggris. Musibah datang musim berikutnya kala David Moyes, pengganti Ferguson, membeli Juan Mata dari Chelsea.

“Shinji Kagawa adalah salah satu pemain terbaik di dunia dan dia kini hanya bermain selama 20 menit di Manchester United, di sayap kiri pula! Hati saya remuk. Sungguh, saya menangis melihatnya. Gelandang tengah adalah posisi terbaik Kagawa,” kata Klopp, bekas pengasuh Kagawa di Dortmund.

Berkenaan dengan hal ini, Ferguson pun turut mengamini. Ia berkata kepada Klopp, “Sungguh malang kami [United] tidak bisa menangani hal ini dengan baik supaya dia dapat mengeluarkan potensinya. Kami cukup puas di musim perdana. Di tahun kedua, biasanya Anda bisa melaju ke fase berikut tapi Kagawa gagal. Kami seharusnya bisa lebih baik,” katanya.

Di musim itu (2013/2014), selain mendatangkan Mata Moyes juga membeli Marouane Fellaini, yang tentunya membuat lini tengah Man. United kian sesak. Pada musim yang amburadul bagi United tersebut, ia tampil sebanyak 30 kali (di setiap ajang), tanpa mencetak sebiji gol pun. Sumbangan asis Kagawa pun hanya tiga.

Maka ketika Dortmund kembali memanggil, pemain yang pernah menjadi top skor J.League 2 ini pun tak ambil pusing. Di Jerman, selain kembali bertemu dengan kawan-kawan lama dan penggemar fanatik Dortmund, ia akan kembali berjumpa dengan Atsuto Uchida.

Uchida memang berada di sisi biru kawasan Ruhr, Schalke 04, tetapi sebagai kawan sekampung, mereka berdua begitu akrab. Konon tiap hari mereka menghabiskan waktu bersama guna menyantap sushi.

Ambruknya Kagawa bersama United juga disesali banyak orang Jerman. Sekembalinya ke Dortmund, CEO Munchen yang notabene rival sengit Dortmund, Karl-Heinze Rummenigge, menyambut kepulangan Kagawa. “Dia sudah pasti kami sambut hangat.”

Tiga musim telah berlalu, namun Kagawa berhasil membuktikan bahwa selain gaji yang tinggi, seorang pemain harus cepat dan berani mengambil risiko. Teranyar, bulan April lalu ia sanggup tampil menawan sehingga Football Tribe Indonesia mencantumkan namanya dalam daftar Lima Pemain Asia Terbaik di Eropa untuk periode April 2017. Kagawa, yang kini menginjak usia 28, berhasil mencetak dua gol dan tiga asis dalam enam laga di bulan April.

Jadi, bagaimana Honda, masih mau berpikir panjang dan betah berlama-lama menjadi penghangat bangku cadangan AC Milan?

Author: Fajar Martha (@fjrmrt)
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com