Eropa Champions League

Misi Penting Juventus dan Gianluigi Buffon

Aksi brilian Gonzalo Higuain dengan menceploskan dwigol ke gawang AS Monaco yang dijaga Danijel Subasic pada laga pertama babak semifinal Liga Champions 2016/2017 dinihari kemarin (4/5) membuatnya kebanjiran eulogi dari Juventini. Wajar memang, berkat performa ciamiknya malam itu, Juventus kini berada di atas angin.

Di sisi lain, dua gol Higuain itu membuat Kylian Mbappe dan kolega perlu lebih dari sekadar usaha ekstra dan keajaiban guna membalikkan keadaan saat Monaco melawat ke Turin pada 10 Mei mendatang. Apalagi Juventus amat terkenal sebagai tim yang begitu superior ketika mentas di kandang sendiri.

Maka tak perlu heran bila situasi seperti ini membuat para pengamat secara kompak menyebut satu kaki I Bianconeri telah menapak di babak final. Satu-satunya pekerjaan rumah bagi Juventus adalah tak merasa jemawa dan tetap berkonsentrasi penuh di pertandingan kedua nanti.

Bagi Juventini, selain Higuain tentu ada satu nama lain yang layak diganjar dengan apresiasi setinggi langit. Siapa lagi kalau bukan sang kapten ikonik, Gianluigi Buffon. Penampilan kiper berusia 39 tahun tersebut memang begitu krusial. Lima penyelamatan dibuatnya demi menjaga gawang Juventus tetap perawan.

“Buffon berperan penting atas kemenangan Juventus lewat beberapa penyelamatan yang dilakukannya”, puji pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim, seperti dilansir football-italia.net.

Clean sheet yang digapai Buffon pada pertandingan kemarin juga memperpanjang rekor tak kebobolan Juventus di Liga Champions musim ini menjadi 621 menit. Nama terakhir yang sanggup membobol jala mantan penjaga gawang Parma ini adalah bek asal Spanyol milik Sevilla, Nicolas Pareja. Momen itu sendiri berlangsung di fase penyisihan grup pada November 2016 silam. Sungguh pencapaian yang fenomenal, bukan?

Gemilangnya kampanye Juventus di Liga Champions musim ini tentu semakin memperbesar langkah mereka buat mewujudkan impian besar di Eropa yang telah berumur 21 tahun. Ya, usai menjadi kampiun Liga Champions musim 1995/1996 silam, mereka belum pernah lagi merengkuh titel prestisius tersebut walau sempat nongol di final musim 2002/2003 dan 2014/2015 kemarin. Padahal, Juventus dikenal sebagai salah satu klub paling sukses di tanah Italia.

Setali tiga uang, Buffon merupakan pesepak bola asal Negeri Pizza yang bermandikan trofi juara selama dua dekade karier profesionalnya. Bersama Parma dan Juventus, Buffon pernah menikmati gelar Scudetto, Piala Italia, Piala Super Italia dan Piala UEFA.

Satu-satunya gelar di level klub yang belum sekalipun dijamahnya cuma titel Liga Champions. Dua kesempatan mentas di final bareng Juventus pada musim 2002/2003 dan 2014/2015 yang lalu berakhir tragis lantaran I Bianconeri dikandaskan AC Milan dan Barcelona.

Diakui atau tidak, final Liga Champions musim ini adalah barang wajib buat Juventus dan Buffon. Perpaduan mimpi keduanya bisa melahirkan motivasi dan tenaga ekstra. Terlebih modal yang dimiliki Juventus (dengan Buffon di dalamnya) musim ini sungguh-sungguh komplet.

Maka keunggulan 2-0 yang telah mereka kantongi sudah sepatutnya bisa dipertahankan supaya bisa menjejak partai pamungkas. Buffon dan kawan-kawan juga tak perlu merisaukan siapa lawan yang akan dihadapi andai menembus babak puncak nanti.

Walau perjuangan masih akan terasa berliku dan berat, namun ada satu hal yang pasti: bahwa usaha keras takkan pernah mengkhianati hasil. Bagi Juventus, titel Liga Champions musim ini bisa mengobati dahaga panjang mereka. Pun begitu dengan Buffon, gelar Si Kuping Besar akan semakin menyempurnakan karier sepak bolanya yang telah mendekati akhir.

Menjadi kampiun memang terukir di benak Juventus dan Buffon. Karena jika tidak sekarang, lalu kapan lagi mereka akan juara?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional