Nasional Bola

Persija dan Kedudukan Klub Sepak Bola Ibu Kota di Asia Tenggara

Dimulainya Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 menjadi berkah tersendiri bagi Persija Jakarta yang setidaknya tak lagi jadi tim musafir. Sebagai klub asal ibu kota Indonesia, Macan Kemayoran sempat merasakan ironi mendalam jadi tim musafir lebih dari setengah musim Torabika Soccer Championship (TSC) 2016.

Meski tak lantas kembali ke Jakarta, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan kini bisa lebih dekat dengan suporter setianya, The Jakmania, di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Gengsi sebagai klub asal ibu kota selalu dipertontonkan Macan Kemayoran dari masa ke masa.

Tak diragukan lagi Persija merupakan klub legendaris di Indonesia lewat sembilan gelar Perserikatan dan satu trofi Liga Indonesia tahun 2001. Sebelumnya, kita mengenal Derby Ibu Kota antara Persija yang awalnya berbasis di Jakarta Pusat, dengan Persitara Jakarta Utara. Namun seiring berjalannya waktu, Persija jadi satu-satunya wakil ibu kota di konstelasi kompetisi si kulit bundar negara ini.

Pasang surut prestasi terjadi setelah keluar sebagai juara awal milenium baru. Dalam satu dekade terakhir, Macan Kemayoran belum lagi tampil sebagai jawara. Sebagai perwakilan ibu kota satu-satunya saat ini di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, bagaimana kedudukan Persija dengan klub-klub yang punya letak geografis serupa di Asia Tenggara?

Warna-warni sepak bola ibu kota

Berdasarkan persaingan terkini pada 10 liga sepak bola kasta tertinggi di negara-negara Asia Tenggara, ibu kota tak lantas jadi jaminan kejayaan. Meski tak sedikit negara yang iklim sepak bolanya masih tersentralisasi di ibu kota. Sebaliknya, ada negara yang ibu kotanya secara administratif tak memiliki perwakilan di liga kasta tertinggi.

Mari kita mulai dengan liga yang disebut-sebut terbaik di Asia Tenggara, Liga T1 Thailand. Sejatinya terdapat tiga klub yang berdomisili di Bangkok, yakni BEC Tero Sasana, Port, dan Thai Honda Ladkrabang. Namun, jika menelusuri lebih jauh ke wilayah metropolitan Bangkok, kita akan menemukan nama Bangkok United, Bangkok Glass, Super Power Samut Prakan, dan Muangthong United.

Dari ketiga perwakilan Bangkok, tercatat tak ada yang mampu menembus persaingan ketat hingga jadi juara atau bahkan runner-up sekalipun. Namun tepat saat Persija juara Ligina 2001, BEC Tero juga sedang menguasai sepak bola Thailand.

Kini, nama Muangthong United yang sukses menjaga marwah klub asal metropolitan dengan status juara bertahan Liga T1. Muangthong membuntuti klub kaya, Buriram United, sebagai tim tersukses dengan empat gelar di Liga Thailand yang memulai era modern pada tahun 2009.

Sementara di Singapura yang luas wilayahnya tak terlalu besar, sepak bola tetap jadi magnet tersendiri. Sayangnya, S.League tengah dihadapkan pada ironi terbesar. Dalam dua musim beruntun, juaranya adalah tim peserta dari luar ngeeri, yakni Brunei DPMM dan Albirex Niigata.

Fakta menarik terjadi di Malaysia Super League (MSL) 2017. Secara administratif dan geografis, tak ada klub yang mewakili Wilayah Federal Kuala Lumpur. Terdekat adalah klub Selangor FA dan PKNS yang sama-sama berada di Negara Bagian Selangor, Darul Ehsan. Saat ini, sepak bola Malaysia tengah didominasi Johor Darul Ta’zim yang telah juara tiga kali beruntun.

Meski tak terlalu terdengar mengingat sepak bola bukanlah olahraga nomor satu di sini, Liga Filipina sebenarnya cukup menarik disimak. Sebelum berganti nama menjadi Philippines Football League (PFL) tahun ini, Filipina punya liga bernama United Football League (UFL). Sayangnya, klub asal ibu kota, FC Meralco Manila atau dahulu bernama Loyola Meralco Sparks, masih kalah mentereng dari Global FC Cebu.

Dominasi hingga sentralisasi

Dominasi klub ibu kota baru terlihat di Liga Vietnam atau V.League 1. Musim lalu, Ha Noi T&T keluar sebagai juaranya. Sejak 2010, klub asal ibu kota Vietnam ini sudah tiga kali jadi juara lewat siklus unik tiga tahun sekali. Meski sempat hanya jadi runner-up di bawah Song Lam Nge An dan SHB Da Nang plus dua kali dikangkangi Becamex Binh Duong, nama besar Ha Noi T&T tetap terjaga.

Setali tiga uang dengan Myanmar, sebelum berganti ibu kota dari Yangon ke Nay Pyi Yaw. Yangon United sempat mendominasi dan jadi juara tiga musim beruntun periode 2011 hingga 2013 dan dua tahun lalu, sebelum dikalahkan pesaing terberatnya, Yadanarbon asal Mandalay. Hingga kini keduanya mengoleksi masing-masing empat gelar.

Sementara di Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Timor Leste, sepak bola masih terpusat di ibu kota. Di Brunei misalnya, tujuh dari 11 peserta Brunei Super League berbasis di Bandar Seri Begawan. Namun ironisnya, malah MS ABDB asal kota Pekan Tutong yang dalam dua musim terakhir jadi juara.

Berbicara klub ibu kota, di Kamboja dominasinya lebih terasa dengan menyisakan empat klub luar Phnom Penh dari 12 klub peserta tahun 2017 ini. Tiga musim beruntun jadi milik klub ibu kota, dengan rincian dua gelar Phnom Penh Crown musim 2014 dan 2015, serta jawara tahun lalu, Boeung Ket Angkor. Kendati begitu, Preah Khan Reach Svay Rieng asal Provinsi Svay Rieng mulai perlu diwaspadai dengan menduduki puncak klasemen sejauh ini.

Beralih ke Laos, malah hanya ada dua tim yang berasal dari luar ibu kota Vientiane. Champasak United dan CSC Champa FC dikepung delapan tim asal ibu kota. Terkait distribusi gelar juara, Lao Army yang juga asal Vientiane amat mendominasi dengan delapan trofi liga, atau dua kali lipat dari Yotha FC. Kendati begitu, klub luar ibu kota pernah dua kali beruntun tampil jadi yang terbaik, pada 2013 lewat Champasak, dan setahun setelahnya oleh Hoang Anh Attapeu, sebelum kembali dikuasai Lao Toyota FC dan Lanexang United.

Terakhir di Timor Leste atau yang dikenal dengan nama Liga Futebol Amadora, hanya ada satu klub yang berbasis di luar Dili dari delapan peserta tahun lalu. Namun, kehadiran Sport Laulara e Benfica ternyata tak hanya sebagai penggembira saja. Liga yang sempat diwarnai banyak pemain asal Indonesia ini, menahbiskan SL Benfica ‘cabang’ Timor Leste sebagai juara, sekaligus anomali atas dominasi nyaris absolut tim ibu kota.

Dari berbagai klub ibu kota asal negara Asia Tenggara, letak geografis tak selamanya jadi jaminan trofi. Selain mungkin beban berat dan gengsi yang selalu akan dipikul sebagai representasi utama, tim asal metropolitan terkadang juga punya kompleksitas yang tak dialami klub-klub daerah lain.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho