Kolom

Mengapa Kylian Mbappe Harus Ditakuti?

Tak ada alasan khusus sebenarnya. Ya betul, tak ada alasan khusus mengapa remaja tanggung bernama Kylian Mbappe itu harus ditakuti. Ia yang bahkan masih tinggal di asrama AC Monaco dan diantar-jemput ibunya. Tidak seberapa menakutkan, bukan? Kecuali, ia hanya dapat dengan mudah membobol gawang lawan. Dan ia sering melakukannya.

Laga semifinal Liga Champions antara AS Monaco melawan Juventus layaknya pertarungan yang kontradiktif. Satu tim sangat jeli memanfaatkan peluang dan mencetak gol, sedangkan satunya sangat ahli bertahan. Dan di tengah narasi tersebut, terselip dua nama yang akan saling berhadapan, Kylian Mbappe dan Gianluigi Buffon.

Di sini kita akan berbicara soal Mbappe. Remaja asal Prancis tersebut tengah berada di tengah lampu sorot. 26 gol dari 39 laga menjadi penegasan bahwa Mbappe adalah the next big thing. Ia baru berusia 18 tahun dan sudah akan berhadapan dengan benteng Italiano yang termasyhur itu. Apa yang sudah kamu lakukan ketika berusia 18 tahun?

 

Senjata Mbappe

Nah, lantas, apa yang membuat Mbappe mampu mencetak begitu banyak gol? Sebagai awalan, perhatikan video di bawah ini:

Meski masih berusia 18 tahun, penyerang kelahiran tahun 1998 tersebut diberkahi fisik yang kokoh. Kakinya yang panjang membuatnya mampu berlari dengan mantap. Kelebihannya itu masih ditunjang kemampuannya memindahkan bola dari kaki kanan bagian dalam ke kaki kiri bagian luar dengan cepat.

Kemampuan tersebut disebut close control. Sebuah kemampuan, di mana seorang pemain mampu mempertahankan bola ketika ia di tengah ditekan lawan atau berada dalam kecepatan tinggi. Bola akan berada dalam jarak aman, baik untuk terus digiring atau dioper dengan satu gerakan.

Gesit, merupakan kata paling sederhana untuk menggambarkan kemampuannya ini.

Agility yang sangat baik untuk usianya membantu akselerasi Mbappe ketika dipepet lawan. Sprint jarak pendeknya menjadi sangat berbahaya. Begini, ketika Mbappe dihadang lawan, dengan cepat ia akan mendorong bola lebih jauh ke depan. Tujuannya, supaya Mbappe memiliki waktu untuk mencapai kecepatan puncak, sedangkan lawan yang mengadang tengah berada dalam keadaan “baru bersiap untuk lari”.

Bagi bek-bek tanpa cover yang memadai, Mbappe akan menjadi momok. Jika mampu melewati satu bek, Mbappe akan dapat dengan mudah masuk ke daerah berbahaya, atau bahkan langsung berhadapan dengan kiper.

Selain itu, jika Anda memerhatikan video di atas, Mbappe sering bergerak menyamping, baik ke halfspace kiri maupun pinggir lapangan. Tujuannya adalah menyeret bek lawan dan membuat kompaksi lawan menjadi renggang. Sehingga, gelandang-gelandang Monaco lainnya mendapatkan keuntungan ruang untuk masuk ke kotak penalti lawan.

Gerakan ini membutuhkan level kepandaian tertentu. Untuk pemain semuda Mbappe, kelebihannya ini sungguh membahayakan lawan. Karena ia akan dapat memproses perubahan situasi dengan cepat, lantas mengambil keputusan untuk menahan bola, atau membalikkan badan dan melawati marker-nya.

Posisinya yang berada di halfspace, ruang strategis dalam sepak bola, juga meningkatkan level berbahaya bagi lawan. Ruang strategis tersebut membuat pandangannya makin luas, baik untuk cutting inside atau mengirim umpan silang.

Satu kelebihan lagi yang membuat Mbappe patut ditempel sepanjang pertandingan adalah kemampuannya membaca ruang. Ia mampu menjaga jarak dengan bek lawan sehingga membantunya mengambil keputusan ketika mendapatkan bola di kotak penalti. Kemampuannya ini, ditunjang akselerasi yang baik, membuat bek lawan akan kesulitan ketika Mbappe berlari menyongsong umpan silang atau bola terobosan datar.

 

Sistem yang mendukung

Segala kelebihan tersebut tentu tak banyak artinya jika tanpa dukungan sistem. Seperti yang sudah dijelaskan Isidorus Rio lewat artikelnya yang berjudul “AS Monaco: Lawan yang (Harus) Ditakuti di Semifinal Liga Champions 2016/2017”, Monaco banyak menggunakan sisi lapangan untuk eksploitasi lawan dan kelebihan para penyerangnya.

Kemampuan dan fleksibilitas Thomas Lemar dan Bernardo Silva untuk bermain di banyak ruang membuat Monaco sangat berbahaya ketika mulai mengkeksploitasi sisi lapangan. Keduanya sangat mendukung Benjamin Mendy yang bermain sebagai bek kiri dan Djibril Sidibe yang berperan sebagai bek kanan.

Akun @TomPayneftbl menjelaskan dengan apik pola serangan sayap yang dibangun Monaco ketika menghadapi Toulouse. Perhatikan grafis di bawah ini:

Pola pergerakan Monaco didasarkan pada usaha untuk banyak melakukan cut back atau umpan silang ke kotak penalti lawan. Mbappe, dengan kemampuan akselerasi dan melihat ruang yang baik, fokus untuk mengokupansi tiang dekat ketika umpan silang dilepaskan Mendy. Sementara itu di tengah kotak penalti, Radamel Falcao bergerak “liar” dan acak. Tujuannya untuk merusak jarak dua bek tengah lawan sehingga Mbappe menjadi leluasa bergerak.

Di luar kotak penalti, Lemar hampir selalu mengokupansi halfspace, untuk bersiaga melakukan overlap ke kotak penalti atau melakukan counterpressing ketika Monaco kehilangan bola. Situasi ini akan memecah konsentrasi lawan dan mengharuskan mereka banyak melakukan persiapan perubahan situasi.

Di tengah pola ini, kemampuan Mbappe terlihat sepenuhnya. Ia dengan mudah menjauh (menjaga jarak) dari bek lawan untuk menyongsong beberapa umpan silang datar. Posisinya juga ideal untuk menahan bola, dan memberikan ke Falcao, atau langsung mengeksekusinya.

Jangan lupakan juga, Monaco di bawah Jardim adalah salah satu tim dengan kemampuan pressing yang cukup bagus. Dan mereka akan terus berkembang.

Inilah contoh sempurna bagaimana kemampuan seorang pemain berkembang maksimal di tengah sistem yang tepat. Bagi lawan yang lengah, Mbappe akan menjadi pisau panas yang membelah mentega.

Ingat, bagi beberapa pemain, mempertahankan konsentrasi penuh selama 90 menit pertandingan adalah pekerjaan yang nisbi berat. Sekali lengah, dengan segala kemampuannya, Mbappe akan menghukum tim kesayanganmu.

Sekali lagi, Anda perlu takut dengan Mbappe, ia yang masih tinggal di asrama dan diantar-jemput ibunya.

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen