Kolom

Seberapa Parah Dampak Cedera Marcos Rojo bagi Manchester United?

Bukan sebuah hasil mengejutkan Manchester United mampu lolos ke babak semifinal Liga Europa. Skuat asuhan Jose Mourinho punya catatan rekor kandang yang bisa dibilang unik dan luar biasa. Serta keuntungan gol tandang atas lawan mereka, Anderlecht. Yang mengejutkan adalah bagaimana mereka mesti susah payah dan harus menunggu hingga perpanjangan  waktu untuk benar-benar menaklukan tim asal Belgia tersebut.

Semua rasanya akan berjalan begitu mudah ketika Henrikh Mkhitaryan mencetak gol pembuka untuk United pada menit ke-10. Namun segala sesuatunya menjadi sulit seketika bek tengah Marcos Rojo harus ditandu keluar lapangan. Beberapa menit setelah Rojo keluar, Anderlecht kemudian mampu menyamakan angka. Hingga akhirnya Marcus Rashford membawa tim berjuluk Setan Merah melaju ke babak semifinal.

Tapi kesukesan tersebut kemudian dibayar mahal karena Rojo mesti menepi. Jose menyebut bahwa ia berharap bek tengah andalannya tidak mengalami cedera yang terlalu parah. Harapan Jose wajar adanya, karena absennya Marcos Rojo akan menjadi sebuah kehilangan besar bagi United.

Kedatangan Rojo selepas Piala Dunia 2014 sebenarnya memberikan tanda tanya besar. Alasannya, United sudah memiliki bek kiri lain yaitu Luke Shaw dan Daley Blind, yang sama-sama baru didaratkan pada bursa transfer kala itu. Belum lagi produk akademi, Tyler Blackett yang baru saja meraih promosinya ke tim utama. Ternyata Rojo bisa ditempatkan sebagai bek tengah dan hal tersebut yang membuat bek asal Argentina ini begitu fungsional.

Ia sempat membuat heboh karena sudah memutuskan klub di mana ia akan mengakhiri kariernya padahal ia belum berusia uzur. Para penggemar United sendiri memang trauma kepada para pemain asal Argentina. Karena kebanyakan dari mereka minim loyalitas. Tetapi yang ditunjukan Rojo dalam setiap laga, plus namanya yang berarti “merah” menunjukan bahwa ia merupakan pemain penting untuk United.

Fear factor di lini pertahanan

Masih teringat tentunya bagaimana Rojo melepaskan tekel dua kaki kepada pemain Everton pada Desember tahun 2016 lalu. Sebulan kemudian ia melanjutkan hal yang sama kepada mantan pemain United, Wilfried Zaha. Tapi kemudian wasit tidak memberikannya kartu sama sekali. Mengapa? Karena yang dilakukan Rojo dianggap tidak “berintensi untuk mencederai lawan”.

Para pengamat di Inggris menyebutnya sebagai “pendekatan yang unik”. Apa yang dilakukan Rojo sebenarnya adalah hal yang lumrah bahkan dalam sepak bola profesional. Bertahan tidak melulu soal tekel berteknik atau sapuan bersih seperti yang dilakukan oleh bek-bek Juventus dan Italia. Zona pertahanan adalah rimba yang ganas dan penuh pertarungan. Dan gaya bermain Rojo adalah gayanya untuk bertarung.

Permainan keras yang ditunjukan Rojo bukan untuk mencederai lawan. Tetapi sekadar teror agar penyerang lawan tidak berani mendekati daerah pertahanan. Sederhananya Rojo seakan berujar “Sini kamu, saya hantam kaki kamu! Jangan berani-berani dekati daerah saya!”.

Anda bisa melihat salah satu contohnya ketika United berhasil mengalahkan Chelsea. Rojo terus mem-bully Diego Costa sampai-sampai sang penyerang tidak mampu memaksimalkan kemampuan terbaiknya.

Permainan keras yang terkadang kasar ini memang tujuannya demikian. Bukan hanya menghantam fisik, kalau bisa lebih jauh yaitu menghantam mental bermain. Keberadaan dan peran Rojo yang seperti inilah yang membuat pertahanan United cukup sulit ditembus.

Lawan keburu gentar karena takut dihantam oleh Rojo. Belum lagi apabila Marouanne Fellaini bermain. Sikutnya selalu hadir ketika duel udara. Sebuah kombinasi yang menakutkan. Penyerang lawan tentu berpikir ulang apabila ingin menerobos pertahanan United.

Well, sebuah gaya yang tentu tidak begitu disukai oleh banyak orang. Salah satunya oleh editor Football Tribe Indonesia yang memuja gaya bertahan yang lebih estetis seperti yang diperagakan Juventus.

Previous
Page 1 / 2