Dunia Kolom

J.League dan Simbiosis Mutualisme dengan Perusahaan-Perusahaan Nasional

Ada yang berbeda dari laga J.League antara Gamba Osaka melawan FC Tokyo pada Sabtu, 11 Maret 2017 lalu. Di awal laga yang dihelat di Stadion Suita itu, pihak Gamba bersama Panasonic menyajikan atraksi audio visual mencengangkan berupa proyeksi video mapping tiga dimensi.

Saat menyebut line-up, mereka menyajikan nama-nama pemain ke lapangan disertai musik menggelegar. Tak hanya itu, saat laga yang dimenangkan Gamba dengan skor 3-0 itu, mereka menyajikan video mapping tiga dimensi selama lebih dari lima menit. Pendukung tuan rumah tidak hanya disuguhi kemenangan meyakinkan, tapi juga hiburan luar biasa.

Panasonic juga pernah menyajikan hiburan serupa untuk Bayern Muenchen dan Olimpiade Rio 2016. Saat Jepang melakukan bidding untuk memperebutkan Piala Dunia 2022, mereka juga berjanji untuk menggelar hal serupa di tiap laga. Sayang, kemudian FIFA lebih memilih Qatar untuk menjadi penyelenggara ajang empat tahunan itu.

Panasonic merupakan perusahaan pemilik Gamba Osaka. Pada tahun 1980, mereka mendirikan klub ini saat raksasa elektronik itu masih bernama Matsushita Electric Industrial Co., Ltd. Dalam hal ini, perusahaan mereka mencoba memanfaatkan popularitas sepak bola sesuai dengan bisnis yang mereka geluti.

Jepang adalah negara yang terkenal pernah mematahkan dominasi Ford lewat kedigdayaan Toyota. Keberhasilan Toyota ini kemudian menjadi simbol majunya industrialisasi di negara yang pada Perang Dunia II hancur lebur itu. Semangat itu juga tercermin di industri sepak bolanya. Ada istilah yang dinamakan “J.League 100 hundred years plan” yang menjadi syarat bagi tim sepak bola profesional yang ada.

Menurut laporan dari Japan Football ID (20/7/2016), semangat rencana seratus tahun ini terejawantahkan menjadi syarat yang harus dipenuhi suatu tim jika ingin mendapatkan status sebagai tim sepak bola profesional. Tim-tim di Jepang diberi dua opsi, yakni menjadi perusahaan publik terbatas (public limited company), atau sebagai organisasi non-profit. Jika opsi pertama yang dipilih, maka saham mayoritas tim yang bersangkutan harus dipunyai oleh perusahaan Jepang.

Dengan demikian, tim-tim yang ada akan menciptakan ekosistem industri yang saling menguntungkan dengan ekonomi nasional. Semangat rencana 100 tahun ini juga ditargetkan agar bagaimana pada tahun 2092 nanti Jepang sanggup menggenggam trofi Piala Dunia.

Bayangkan, Jepang yang membangun sepak bola dari nol menargetkan sesuatu dengan tidak muluk-muluk, tetapi dijalankan dengan tekad bulat. Di level Asia saja, negara mereka berhasil menyabet empat trofi Piala Asia sejak J.League dan rencana 100 tahun ini dibuat. Sejak 1992, tahun di mana rencana skala besar ini dibuat, tim Samurai biru selalu lolos ke putaran final Piala Dunia.

Berikut ini adalah daftar perusahaan yang menjadi sponsor klub liga utama negeri Jepang, J.League 1 atau J1:

No. Klub Perusahaan Sponsor Utama Industri
1 Albirex Niigata Canon Gambar dan produk Optik
2 Kashima Antlers Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation Baja dan metal
3 Omiya Ardija NTT Group Telekomunikasi dan informasi
4 Cerezo Osaka Yanmar Mesin diesel
5 Consadole Sapporo Toshiba Elektronik
6 Yokohama F. Marinos Nissan Otomotif
7 Kawasaki Frontale Fujitsu Teknologi Informasi
8 Gamba Osaka Panasonic Elektronik
9 Jubilo Iwata Yamaha Otomotif
10 Urawa Red Diamonds Mitsubishi Otomotif
11 Kashiwa Reysol Hitachi Multisegmen, tapi utamanya elektronik
12 Shimizu S-Pulse Suzuyo Group Multisegmen
13 Sagan Tosu G-Clinic Rumah Sakit
14 Sanfrecce Hiroshima Edion Elektronik dan informatika
15 FC Tokyo Multiperusahaan Terdiri dari 363 perusahaan
16 Vegalta Sendai Tohoku Elektronik
17 Ventforet Kofu Kokumotsu Company Makanan
18 Vissel Kobe Rakuten E-commerce

Sebagai catatan, perusahaan-perusahaan di atas hanyalah sponsor utama dari klub-klub J.League. Satu klub biasanya juga disponsori perusahaan lain dan dalam hal Liga Jepang, mayoritas sponsor merupakan perusahaan nasional.

Dengan ini, bisa kita simpulkan bahwa nasionalisme Jepang bukanlah nasionalisme semu yang digaungkan saat momen-momen tertentu. Mereka tidak ragu merekrut pemain-pemain asing, tetapi nyawa bangsa tetap terjaga.

Luar biasa betul, ya?

Author: Fajar Martha
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com