Kolom Eropa

Upaya Suning Menepati Janji

Selama kurang lebih satu windu terakhir, pergolakan ekonomi dunia memunculkan Cina sebagai salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang paling baik dan stabil. Maka tak perlu heran apabila akhir-akhir ini banyak sekali pengusaha asal Cina yang berekspansi ke penjuru dunia.

Ada banyak industri yang disasar sebagai ladang bisnis baru, mulai dari manufaktur, perhotelan, farmasi sampai cabang olahraga yang bernama sepak bola. Perkembangan industri sepak bola yang dari hari ke hari semakin memikat tentu saja menarik minat banyak kalangan untuk terjun di dalamnya, termasuk para pengusaha asal Cina. Maka Eropa yang jadi kiblat sepak bola dunia pun mulai jadi tujuan mereka dalam berbisnis.

Dalam beberapa tahun terakhir, para pencinta sepak bola sudah pasti mendengar proses pengambilalihan saham mayoritas atau bahkan penuh, dari para pengusaha asal Cina terhadap kesebelasan-kesebelasan di benua biru. RCD Espanyol di Spanyol, Aston Villa dan West Bromwich Albion di Inggris, Slavia Praha di Republik Ceska dan Internazionale Milano di Italia merupakan beberapa contoh klub yang saat ini dikuasai taipan-taipan asal negeri tirai bambu.

Terlebih nama klub yang disebut terakhir, kepemilikan mayoritas saham mereka telah berpindah tangan per Juni 2016 silam dari tangan pengusaha Indonesia, Erick Thohir, kepada Suning Group asal Cina yang dikomandoi Zhang Jindong. Mahar sejumlah 270 juta euro disetorkan Suning Group untuk mengakusisi saham sebesar 68.55%.

Terbilang cukup murah memang namun faktanya kewajiban Suning Group tak berhenti sampai itu saja. Usut punya usut, mereka juga diminta untuk melunasi utang-utang La Beneamata yang nilainya cukup besar, yang hampir kesemuanya “hadiah” dari pemilik sebelum Zhang dan Thohir, Massimo Moratti.

Meski menanggung beban tambahan, Suning Group tetap antusias atas keberhasilan mereka menguasai saham mayoritas Internazionale. Hal ini memang sesuai dengan visi Suning Group yang ingin menjadi salah satu aktor terdepan di bidang industri sepak bola pada masa yang akan datang.

Lebih jauh, Zhang Jindong juga menjanjikan sesuatu yang membuat Interisti, tifosi setia La Beneamata, merasa bahwa klub kesayangannya bakal lepas dari level semenjana yang melekat usai menggenggam gelar treble pada musim 2009/2010 kemarin.

“Kami akan membuat brand Inter semakin dikenal luas dan menjadi kesebelasan yang lebih tangguh. Bersama Suning Group, La Beneamata memiliki masa depan yang cerah. Klub ini akan jadi tempat para bintang bermukim dan bibit-bibit muda melesat”, tutur Zhang seperti dirilis dari ESPN.com.

Akan tetapi, mengubah situasi buruk yang tengah dialami sebuah klub sepak bola tentu bukan perkara mudah. Begitu pula yang dirasakan Suning Group pada awal masa “pemerintahannya”. Di awal musim 2016/2017, perjalanan Inter di Serie A maupun Liga Europa berjalan tidak mulus. Padahal klub sudah mengucurkan dana lumayan gemuk demi memboyong Cristian Ansaldi, Gabriel Barbosa, Antonio Candreva dan Joao Mario untuk memperkokoh skuat.

Ketidakmampuan Frank De Boer (FdB), sosok asal Belanda yang didapuk sebagai pelatih baru, dalam meracik strategi yang pas dengan tim dianggap sebagai salah satu biang keladi. Bersamanya, penampilan Inter memang sangat inkonsisten.

Pada satu pekan tertentu Inter tampak begitu menjanjikan, namun di pekan selanjutnya permainan Mauro Icardi dan kawan-kawan terlihat kacau balau. Alhasil, pelatih yang konon merupakan pilihan Thohir usai memecat Roberto Mancini itu juga dibebastugaskan setelah tumbang di tangan Sampdoria pada pekan ke-11 yang lalu.

Nama eks pembesut Bologna dan Lazio, Stefano Pioli, lantas diangkat sebagai allenatore La Beneamata yang baru. Tak seperti FdB, kabarnya Pioli adalah sosok pilihan Suning Group. Hasilnya, di tangan pelatih berusia 51 tahun itu Inter memang bisa tampil lebih baik dan konsisten.

Sejauh ini, di lima belas pertandingan Serie A bersama Pioli, Inter berhasil mencatatkan rekor menang-seri-kalah cukup apik yakni 11-1-3. Usai tercecer di luar sepuluh besar klasemen, La Beneamata pun kini dapat kembali bersaing memperebutkan tiket ke kompetisi antarklub Eropa musim mendatang.

Lebih jauh, Suning Group juga terus menggiatkan proses pencarian klien anyar yang bersedia melakukan kerjasama dengan klub sebagai sponsor. Dari informasi yang beredar, beberapa sponsor, khususnya dari wilayah Asia, memang telah menyepakati kerjasama dengan kubu La Beneamata. Inter sendiri disebut-sebut telah mengantongi pemasukan senilai 200 juta euro sejak dipegang Suning Group hingga saat ini.

Ambisi besar Suning Group untuk membangkitkan tim ini pun tampak dari keinginan mereka untuk memiliki stadion sendiri, entah dengan cara bertahan di stadion Giuseppe Meazza dan membelinya dari pemerintah kota atau mencari kawasan lain yang bisa digunakan membangun markas anyar.

Kabar terakhir menyebut bahwa manajemen Inter sedang mengevaluasi lahan bekas industri di kawasan Sesto San Giovanni, timur laut kota Milano, untuk mendirikan sebuah stadion baru. Opsi ini ditempuh andai AC Milan, rival sekota Inter, tak kunjung menentukan sikap bakal membangun stadion baru milik mereka sendiri atau tetap bertahan di stadion Giuseppe Meazza. Kebutuhan akan stadion pribadi memang jadi hal mutlak yang harus diwujudkan demi keberlangsungan La Beneamata (dan mayoritas klub-klub Liga Italia) di masa yang akan datang.

Agar pengelolaan tim bisa berjalan dengan lebih baik dan terkontrol, Zhang pun mengutus sang putra, Steven Zhang, guna menetap di Italia supaya lebih dekat dengan pihak manajemen maupun skuat. Keberadaan Steven, serta beberapa orang kepercayaan Zhang di tubuh manajemen Inter, sejauh ini memang cukup menunjukkan perkembangan positif.

Kenyataan ini seharusnya bisa membuat hati Interisti lebih tenang karena ada banyak perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Bahkan jika Pioli gagal mengantar Inter berlaga di Liga Champions musim depan.

Sebab realita yang ada memang menunjukkan bahwa alasan La Beneamata terseok-seok adalah performa buruk mereka di awal musim yang jelas bukan kesalahan sang pelatih berkepala plontos tersebut. Pioli jelas membutuhkan tambahan sumber daya, dalam hal ini pemain, untuk membangun fondasi tim yang lebih tangguh seperti keinginan Zhang.

Mereka juga sepatutnya gembira karena sang taipan asal Cina itu menunjukkan keberaniannya menggelontorkan dana masif guna merekrut pemain-pemain berkualitas dan muda usia, sesuatu yang bakal bermanfaat bagi Inter tak hanya saat ini tapi juga di masa depan.

Interisti patut berdoa manajemen tak membuat blunder apapun dalam menjalankan roda bisnisnya yang baru ini. Karena cukup banyak juga kita dapati kasus kegagalan manajemen yang dilakukan oleh para pemilik anyar suatu klub sehingga kondisi tim itu justru berantakan dan berujung kekecewaan yang mendalam.

Bila hal tersebut terlaksana, meski belum bisa memetik hasilnya secara maksimal di musim ini, setidaknya Interisti boleh berharap jika upaya Suning Group merestorasi tim ini dan menepati janjinya bakal menampakkan buahnya mulai musim depan.

#NonMollareMai

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional.