Kolom Eropa

Mengenal Copa del Rey (Piala Raja Spanyol)

Piala Raja Spanyol atau Copa del Rey sudah memasuki babak final. Meski sering dianggap banyak kalangan sebagai ajang nomor dua di Spanyol, pada kenyataannya kompetisi ini tetap dipandang serius oleh klub-klub besar.

Copa del Rey sebenarnya merupakan kompetisi tertua di Spanyol. Kompetisi ini bernama lengkap Campeonato de España Copa de Su Majestad el Rey (terjemahan harfiah: Kejuaraan Sepak Bola Spanyol – Piala yang dipersembahkan oleh Yang Mulia Raja).

Awalnya, pelaksanaan piala ini dipersembahkan untuk Raja Spanyol, Alfonso XIII. Maka, kompetisi ini sampai sekarang cukup dikenal dengan sebutan ‘Piala Raja’, seperti halnya sebutan ‘Emperor’s Cup’ di Jepang. Atas nama tradisi, status Piala Raja juga sepertinya bisa disamakan dengan Piala FA di Inggris, di mana para pemenang bisa mendapatkan kehormatan berupa penyerahan trofi langsung dari anggota kerajaan.

Piala ini dikompetisikan pertama kali pada tahun 1902, jauh sebelum edisi pertama Liga Spanyol yang baru bergulir pada tahun 1929. Meski demikian, pagelaran pertama yang dimenangi Club Bizcaya (gabungan antara Athletic Club dan Bilbao FC) tersebut tidak diakui oleh RFEF (federasi sepak bola Spanyol) sebagai kompetisi resmi.

Pagelaran Piala Raja pertama yang diakui adalah tahun 1903, yang dimenangi oleh Athletic Bilbao. Selama lebih 20 tahun pelaksanaannya, kompetisi ini akhirnya dijadikan model atau landasan untuk membentuk kompetisi Liga Spanyol.

Di awal dekade 2000-an, Copa del Rey menjadi ajang yang pas bagi klub-klub non-unggulan untuk berprestasi. Mallorca, Espanyol, Real Zaragoza, Real Betis, dan Deportivo La Coruna masing-masing sudah pernah merasakan nikmatnya podium juara Copa. Bahkan klub semenjana seperti Getafe pun sempat merasakan dua final berturut-turut (tahun 2007 dan 2008).

Di saat liga mulai dikuasai oleh duet Barcelona dan Real Madrid, klub-klub kekuatan lapis kedua seperti Valencia dan Sevilla pun mulai mengalihkan target ke Copa. Valencia berjaya di tahun 2008, sementara Sevilla sukses dua kali menjadi kampiun di tahun 2007 dan 2010.

Namun, peta kekuatan mulai sedikit dirusak ketika Barcelona mulai ‘rakus’ dengan menyapu bersih enam gelar pada tahun 2009. Piala Raja jadi buruan yang tak boleh lepas bagi pasukan Josep Guardiola kala itu.

Ketika Jose Mourinho datang ke Spanyol, rivalitas Real Madrid dan Barcelona akhirnya meluas ke kompetisi tersebut. Sampai sekarang, Real dan Barca selalu turun dengan kekuatan penuh setiap memasuki fase-fase krusial di Piala Raja.

Usai kedatangan Diego Simeone di Atletico Madrid, bertambah lagi satu pesaing ketat di Copa del Rey. Namun, bukan berarti Copa del Rey beberapa tahun terakhir sepi dari cerita-cerita menarik. Seperti lazimnya turnamen-turnamen yang mempertemukan klub-klub dari kasta yang berbeda-beda, kejutan-kejutan seringkali datang dari klub-klub kecil.

Salah satu kisah menarik adalah pertandingan yang sampai sekarang dikenal sebagai ‘Alcorconazo’, yaitu dilibasnya Real Madrid di babak 16 besar musim 2009/2010 oleh klub Segunda Division B (divisi tiga), Alcorcon. Kekalahan dengan agregat 1-4 itu selalu diingat sebagai penentu nasib pelatih Manuel Pellegrini di Real Madrid.

Barcelona juga mengalami kekalahan memalukan yang legendaris di musim kompetisi 2006/2007. Di putaran pertama semifinal, Ronaldinho dan kawan-kawan seakan sudah melangkah mulus ke final setelah membantai Getafe dengan skor 5-2.

Pertandingan ini juga dikenang karena gol Lionel Messi dicetak dengan cara yang mirip dengan gol Diego Maradona di Piala Dunia 1986 ke gawang Inggris. Namun, parade ini dirusak oleh Getafe, yang membalas dengan skor 4-0 di kandang mereka. Sayang, setelah itu Getafe gagal meraih gelar pertamanya sepanjang sejarah karena dihentikan Sevilla di final.

Ada lagi kiprah inspiratif Mirandes, wakil Segunda Division B dari wilayah Castille y Leon di Copa del Rey 2011-2012. Klub yang sama sekali belum pernah tampil di panggung Liga Primera ini sukses menembus semifinal di tahun tersebut, sebelum dihentikan Athletic Bilbao.

Sejarah ini akan terus dikenang suporter Mirandes, mengingat semifinal mereka capai dengan gagah berani, setelah menyingkirkan klub-klub kuat seperti Villarreal, Espanyol dan Racing Santander.

Di musim 2016/2017 ini, kejutan diwakili oleh Deportivo Alaves. Klub yang baru promosi kembali ke Liga Primera setelah sepuluh tahun absen ini sukses melangkah ke partai final untuk menantang Barcelona. Keluar sebagai juara atau tidak, Alaves sudah memastikan diri mereka tampil di Liga Europa musim depan lewat jatah sebagai finalis Copa del Rey, mengingat finalis lainnya, Barcelona akan berlaga di liga Champions.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pecinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.