Eropa Prancis

Kisah Dong Mingzhu dan Ambisi Sheikh Nasser

Tahun 2013 lalu, Forbes Asia merilis 100 nama pengusaha wanita luar biasa di Tiongkok. Dari 100 nama tersebut , ada satu nama yang menarik perhatian, ia adalah seorang single parent bernama Dong Mingzhu.

Siapakah Dong Mingzhu? Wanita berusia 62 tahun tersebut merupakan Presiden dari Gree Electric Appliance, perusahaan AC terbesar di Tiongkok. Perusahaan ini mencetak keuntungan sekitar 82 miliar yuan di sembilan bulan pertama tahun 2016 dengan mempekerjakan lebih dari 70.000 karyawan hingga saat ini.

Pada awalnya, Dong bekerja sebagai sales di awal tahun 1990. Sejak 2001, Dong pindah ke perusahaan yang berdiri di Guandong ini. Ia memimpin perusahaannya sejak masih perusahaan kecil yang tak dikenal hingga menjadi raksasa penguasa pasar AC di Tiongkok.

Kunci kesuksesan wanita yang menjanda karena sang suami yang meninggal sejak 1984 ini sebenarnya sederhana, namun tidak mudah. Dong mengatakan bahwa ia tidak pernah libur atau cuti sekalipun selama 26 tahun. Bahkan di hari Minggu atau libur nasional pun, Dong tetap bekerja. Saking giatnya bekerja, Dong tidak pernah sekalipun menghadiri seremoni kelulusan anak laki-laki tunggalnya sejak TK hingga kuliah.

“Untuk membuat dunia jadi lebih baik, sebagian kecil orang memang harus berkorban”, ujarnya. Selama 26 tahun sudah, ia mengorbankan waktu bagi kehidupan pribadi, pertemanan, dan keluarganya. Sebuah etos kerja yang sangat luar biasa.

***

Nun jauh di benua Eropa, seorang Sheikh bernama Nasser Al-Khelaifi memiliki ambisi yang tidak kalah hebatnya dengan Dong Mingzhu. Seperti yang kita tahu, Sheikh Nasser adalah pemilik Paris Saint-Germain (PSG). Sebuah klub sepak bola di Paris yang hampir terdegradasi di musim 2007-2008, namun kini mengusung ambisi tinggi untuk menjadi penguasa Eropa.

Diangkat menjadi CEO PSG pada Oktober 2011 usai membeli kepemilikan penuh klub, ia langsung menargetkan PSG masuk tiga besar klub terbaik di Eropa. Sebagai pijakan awal, Sheikh Nasser merekrut legenda sepak bola Brasil dan AC Milan, Leonardo, sebagai direktur sepak bola yang baru.

Meski mencanangkan ambisi tinggi, PSG tidak serta merta langsung menjadi kekuatan baru di kancah sepak bola Eropa. Di musim 2011/2012, PSG tersisih dari penyisihan grup Liga Europa, tereliminasi di perempat final Coupe de France, kalah di babak 16 besar Coupe de Ligue, dan di akhir musim, harus merelakan gelar juara ke Montpellier yang saat itu masih diperkuat Adam Levine-nya sepak bola, Olivier Giroud.

Satu-satunya “prestasi” eks klub Ronaldinho tersebut adalah finis di peringkat kedua klasemen Ligue 1. Terakhir kali PSG mengakhiri musim di posisi dua besar adalah di musim 2003/2004, masa saat Arsene Wenger tengah mendominasi Liga Inggris dengan Wengerball dan keangkeran stadion Highbury. Jarak waktu yang lama sekali tentunya.

Selama 6 tahun masa kepemimpinannya sampai sekarang, Sheikh Nasser telah menggelontorkan dana hingga 500 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk mendatangkan pemain kelas dunia. Berikut ini merupakan 5 pembelian termahal PSG:

  1. Edinson Cavani (64,5 juta uro)
  2. Ángel Di María (63 juta euro)
  3. David Luiz (62,6 juta euro)
  4. Javier Pastore (42 juta euro)
  5. Thiago Silva (42 juta euro)

Selama enam tahun itu, PSG kembali menikmati masa-masa kejayaan seperti di era 1992-1997. Dalam rentang waktu 2012 hingga awal 2017, Les Parisiens telah mengoleksi 13 gelar juara. Di antaranya 4 titel Ligue 1 yang diraih secara beruntun dari 2012 sampai 2016, 2 trofi Coupe de France, 3 gelar Coupe de Ligue, dan 4 Trophée des Champions.

Satu-satunya yang belum pernah dirasakan skuat PSG adalah mengangkat Si Kuping Besar, trofi Liga Champions Eropa. Dalam 4 musim terakhir, PSG hanya mampu mencapai perempat final UCL. Musim ini, banyak yang memprediksi PSG dapat melaju lebih jauh karena di leg pertama babak 16 besar lalu, sukses menghajar telak Barcelona dengan skor akhir 4-0.

Kembali mengutip perkataan Dong Mingzhu, “Untuk membuat dunia jadi lebih baik, sebagian kecil orang memang harus berkorban”. Sheikh Nasser telah mengorbankan segudang uang untuk membangun PSG, walau mengingat ia berasal dari Timur Tengah, nominal yang ia gelontorkan untuk PSG bukan perkara besar. Namun, apapun itu, sudah saatnya ia menikmati hasil pengorbanannya dengan memajang trofi Liga Champions di lemari piala PSG.

Bonne chance, Sheikh!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.