Dunia Eropa

Nelson Mandela, Kevin-Prince Boateng dan Cerita Pertemuan Mereka

Unik dan eksentrik.

Kemungkinan besar itu adalah dua kata yang muncul apabila berbicara soal Kevin-Prince Boateng. Nama depannya saja sudah unik, dua suku kata, sesuatu yang jarang sekali ada. Karena biasanya penggunaan dua suku kata lebih sering terjadi untuk nama belakang. Secara persona pun pencitraanya juga tidak biasa. Rambut bergaya mohawk seringnya jadi pilihan, dan tentu saja tato di sekujur tubuh.

Lebih senang dipanggil Prince. Latar belakang kehidupannya pun tidak biasa. Ia adalah buah hati hasil perkawinan antara orang tua berkewarganegaraan Ghana dan Jerman. Masa kecil Prince banyak dihabiskan di Jerman. Meskipun demikian ia kemudian memilih tanah air ayahnya, Ghana, ketika berbicara urusan tim nasional senior. Berbeda dengan sang adik tiri, Jerome yang kemudian lebih memilih Jerman.

Sama seperti kebanyakan pemain keturunan Afrika lain, Prince sangat menyukai musik dan menari. Hiphop dan rap tentu menjadi pilihan utama ketimbang musik lain. Ia juga nyatanya sangat handal dalam urusan koreografi dan menari.

Dalam beberapa kesempatan Prince mengaku bahwa ia sangat tergila-gila dengan Michael Jackson. Prince sempat menunjukan kebolehannya menari ketika melakukan gerakan moonwalk dalam perayaan gelar scudetto Milan yang ke-18 di depan 80.000 pasang mata di stadion San Siro.

Namanya mulai dikenal ketika ia didaratkan Tottenham Hotspurs dari Hertha Berlin dengan mahar transfer sebesar 5,4 juta paun. Ia mulai dikenal publik sepak bola secara global ketika berhasil membawa Portsmouth melaju ke final Piala FA tahun 2010 dan tampil luar biasa ketika memperkuat Ghana di Piala Dunia 2010 yang diadakan di Afrika Selatan. Dan setelah itu perjalanan kariernya kemudian meningkat ke level yang tidak ia bayangkan sebelumnya.

Berbicara soal Piala Dunia 2010 yang begitu berkesan bagi Prince. Apalagi, ia berkesempatan bertanding dengan adiknya, Jerome, ketika Ghana berhadapan dengan Jerman di fase grup.

Dari wawancara terbaru Sid Lowe di Guardian kita kemudian tahu cerita soal Prince Boateng. Salah satu yang menarik, yaitu pertemuannya dengan pemimpin legendaris Afrika Selatan Nelson Mandela di sela-sela gelaran Piala Dunia pertama di benua Afrika tersebut. Bahkan menurut penuturan Prince, Mandela sempat menawarinya untuk menikahi puterinya.

“Ada tiga sosok yang saya sangat ingin temui: Michael Jackson, Muhammad Ali, dan Nelson Mandela,” ungkap Prince.

“Sayangnya, saya hanya berkesempatan untuk menemui secara langsung satu saja dari tiga sosok tersebut. Saya bertemu Mandela dan pertemuan tersebut adalah sesuatu yang sulit dijelaskan. Sangat menyenangkan yang pasti. Mandela berada dalam penjara selama 27 tahun karena ia membela hak yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Tetapi ia duduk di sana dan tidak ada tanda amarah. Sangat wajar apabila ia marah kepada seluruh dunia, tetapi dia tidak melakukannya. Dia begitu tenang di tempat duduknya dan menyapa semua orang. Ia membuat Anda merasa tenang. Ia begitu bercahaya. Rasanya seperti di film, rasanya seperti seorang malaikat sedang duduk di sana.”

“Saya begitu tegang, tapi untungnya Mandela bisa mencairkan susasana. Saya ingat momen kami bertemu adalah ketika Piala Dunia, semua orang memanggil saya ‘David Black-ham’, semua menggilai saya,” ujar Prince.

Ia kemudian menambahkan, “Rasanya saya seperti seorang bintang. Saya ingat ia menyapa saya dengan hangat lalu berkata ‘Anak perempuan saya ingin menikahi kamu.’ Saya menjawab, ‘Mohon maaf, saya sudah punya pacar’ tapi ia kembali menjawab, ‘Tidak, tidak tapi saya punya (anak perempuan) yang lain dan lebih cantik’. Semua orang di ruangan kemudian tertawa. Sayangnya kami tidak mendapatkan foto yang bagus. Mata saya begitu sakit karena terkena kilatan lampu kamera”

Nama Prince bukan hanya pepesan kosong belaka. Aura dan kesan kuat yang muncul dari dirinya baik di dalam maupun luar lapangan tentu sangat menarik perhatian. Wajar apabila puteri dari pemimpin sekelas Mandela bahkan sampai jatuh hati dan ingin menikahinya.

Karisma, keunikan, dan fisik yang proporsional pulalah yang membuat ia berhasil menaklukan Melissa Satta, istrinya saat ini. Padahal Satta terkenal sebagai wanita yang sulit ditaklukkan bahkan sekelas Kobe Bryant pun tidak bisa.

Namun dibalik keunikan dan gemerlap kehidupan dan karier sepak bolanya, Prince sempat menjadi raja dunia malam ketika berkarier di London maupun Milan. Namun, Prince nyatanya memiliki nilai kemanusiaan yang sangat tinggi.

Ia sempat diundang untuk berbicara di Perwakilan Bangsa-Bangsa terkait rasisme. Prince diundang setelah aksi yang ia lakukan dengan mogok bermain ketika penggemar tim lawan mencemoohnya secara rasial ketika Milan melakukan uji tanding dengan salah satu tim lokal di Italia pada jeda musim dingin Serie A 2012/2013. Hingga saat ini ia juga merupakan duta PBB dalam urusan anti-rasisme.

Karena pada akhirnya memang jangan menilai buku dari sampulnya saja, ya?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia