Eropa Italia

Pabrik Pemain Muda Itu Bernama Atalanta

Bila mendengar julukan I Nerazzurri, banyak pencinta sepak bola yang pasti mengaitkannya dengan klub asal kota Milan, F.C. Internazionale. Padahal, julukan ini tidak mutlak dimiliki kesebelasan yang berbagi stadion Giuseppe Meazza bersama saudara tuanya, AC Milan.

Di Italia, ada juga tim yang mendapat julukan serupa walau memang jauh lebih populer dengan sebutan La Dea atau Sang Dewi dalam bahasa Indonesia. Kesebelasan tersebut bermarkas di kota Bergamo yang terletak di wilayah Lombardy, bernama resmi Atalanta Bergamasca Calcio.

Walau berdiri sejak 8 Oktober 1907 silam, harus diakui jika Atalanta bukanlah kesebelasan mapan dalam konstelasi tertinggi persaingan sepak bola Italia. Dibanding tetangganya di wilayah Lombardy, khususnya duo Milan, nama Atalanta memang kalah mentereng.

Mari ambil contoh dari segi prestasi sebagai perbandingan. Saat dimana duo Milan telah belasan kali menjadi penguasa Italia, beberapa kali bahkan menjadi raja benua biru dan tak jarang pula menjadi yang terbaik di dunia, satu-satunya trofi mayor yang pernah digapai La Dea hanyalah Piala Italia musim 1962/1963. “Gelar” lain yang pernah dikoleksi berikutnya hanya terbatas pada enam kali kampiun Serie B dan sekali juara Serie C1.

Namun hal tersebut tak serta-merta membuat Atalanta bisa dipandang sebelah mata. Prestasi klub yang kini ditukangi oleh Gian Piero Gasperini ini memang tidak bisa diukur dari lambang perisai yang menempel di dada atau berapa banyak bintang yang terpampang di atas logo klub. Karena ukuran sukses dan prestasi klub ini dapat dicapai dengan cara yang berbeda.

Jika dihadapkan pada pertanyaan, klub mana yang memiliki akademi sepak bola terbaik sekaligus mampu menelurkan pemain-pemain potensial yang punya kualitas jempolan, barangkali dengan cepat Anda bakal menyebut La Masia milik Barcelona atau De Toekomst yang dimiliki Ajax Amsterdam. Tapi untuk urusan yang satu ini, jangan coba-coba memandang sebelah mata nama Atalanta.

Sudah puluhan tahun akademi sepak bola Atalanta dikenal publik Italia sebagai salah satu pabrik penghasil pemain muda berbakat. Bahkan menurut hasil riset lembaga penelitian sepak bola asal Swiss, CIES Football Observatory, pada 2014 yang lalu, akademi Atalanta merupakan pabrik penghasil talenta muda nomor satu di penjuru Italia, mengalahkan akademi milik klub-klub tenar seperti AC Milan, AS Roma, Internazionale dan Juventus. Sebuah catatan yang mentereng tentunya, bukan?

Salah satu bukti nyata suksesnya sektor muda kesebelasan ini adalah raihan trofi juara, yang mencapai kurang lebih 17 gelar di level junior, yang didapat dalam rentang tahun 1991 hingga 2014 di berbagai level kompetisi usia dini di Italia.

Tercatat, ada puluhan alumnus akademi Atalanta yang kini bermain di level teratas lima liga top Eropa (Inggris, Italia, Jerman, Prancis dan Spanyol). Lebih jauh, keberhasilan akademi Atalanta dalam menelurkan bakat-bakat hebat di bidang sepak bola bukan terjadi baru-baru ini saja. Lewat pembinaan yang terpola dan sangat sistematis, sejak beberapa dekade silam Atalanta bahkan sudah mampu menelurkan pesepakbola-pesepakbola jempolan.

Jika pun Anda tak menyaksikan aksi-aksi mereka secara langsung, namun banyak sekali literatur yang bisa membantu Anda mengenali siapa Angelo Domenghini, Roberto Donadoni dan Gaetano Scirea. Ketiganya adalah legenda sepak bola Italia di era yang berbeda-beda. Namun, mereka memiliki satu kesamaan yakni sama-sama lulus dari akademi Atalanta. Berikut catatannya:

1) Angelo Domenghini

Domenghini merupakan salah satu pilar La Dea saat merebut gelar Piala Italia 1962/1963 sebelum akhirnya dibajak Helenio Herrera untuk bergabung dengan skuat besutannya, Internazionale pada musim 1964/1965.

Bersama tim yang kemudian dikenal sebagai La Grande Inter itu, Domenghini bahu membahu bareng Giacinto Facchetti dan Sandro Mazzola untuk memboyong beberapa titel prestisius, yakni scudetto 1964/1965 dan 1965/1966, Piala/Liga Champions 1964/1965 dan sepasang Piala Interkontinental tahun 1964 dan 1965.

Di kategori tim nasional, Domenghini juga menjadi salah satu pemain yang sukses merebut titel pertama (dan satu-satunya bagi Italia sampai hari ini) di ajang Piala Eropa 1968.

2) Gaetano Scirea

Selang beberapa tahun kemudian, akademi Atalanta kembali menelurkan seorang Gaetano Scirea yang angkat nama berkat kesuksesan yang justru diukirnya bersama Juventus dalam rentang 1974-1988. Manajemen La Vecchia Signora menaruh perhatian besar kepada pemain yang melakoni debut Serie A pada tahun 1972 ini.

Tujuh titel scudetto, dua trofi Piala Italia dan masing-masing satu gelar Piala/Liga Champions, Piala UEFA, Piala Winners, Piala Super Eropa dan Piala Interkontintenal masuk ke lemari trofi Juventus saat Scirea mengenakan seragam hitam-putih.

Kehebatannya pun berlanjut di timnas Gli Azzurri usai mengantarkan negaranya menjadi yang terbaik di penjuru Bumi usai memenangi Piala Dunia 1982.

3) Roberto Donadoni

Sementara Donadoni mulai meroket namanya di penghujung 80-an usai direkrut AC Milan dari Atalanta. Pemain yang begitu lihai berperan sebagai winger ini merupakan salah satu pilar utama The Dream Team Milan yang saat itu dibangun Arrigo Sacchi sebelum diteruskan oleh Fabio Capello.

Bersama I Rossoneri, Donadoni berhasil mencicipi manisnya enam gelar scudetto, empat Piala Super Italia, tiga Piala/Liga Champions, tiga trofi Piala Super Eropa dan sepasang titel Piala Interkontinental.

Sayangnya, keberhasilan Donadoni meraih setumpuk gelar bersama Milan tak membuahkan hasil yang sama kala berseragam timnas. Bersama Italia, dirinya cuma keluar sebagai peringkat ketiga dan runner-up di dua Piala Dunia, yakni 1990 dan 1994.

Bakat muda Atalanta masa kini

Diluar ketiga nama tersebut, penggila Serie A jelas familiar dengan nama-nama seperti Giacomo Bonaventura, Daniele Baselli, Andrea Lazzari, Riccardo Montolivo, Giampaolo Pazzini, Ivan Pelizzoli dan Alessio Tacchinardi. Mereka semua merupakan alumnus akademi sepak bola Atalanta.

Lalu kini, ketika Gasperini banyak menurunkan bocah-bocah yang usianya belia sebagai bagian dari tim utama, sejatinya Anda tak perlu heran. Pun saat Mattia Caldara telah dipinang Juventus dan Roberto Gagliardini sudah berseragam Inter.

Jangan pula terkejut bila di bursa transfer musim panas yang akan datang, bakat-bakat muda kepunyaan La Dea seperti Andrea Conti, Franck Kessie, Andrea Petagna, Leonardo Spinazzola dan Marco Sportiello (sedang dipinjamkan ke Fiorentina) akan menjadi buruan klub-klub yang lebih mapan, baik di Serie A maupun kompetisi lainnya.

Meski begitu, saya yakin Atalanta takkan menangisi kepergian mereka sebab beberapa nama muda sudah siap menjadi andalan baru Gasperini di masa yang akan datang. Walau ada kemungkinan juga bakal dijadikan tambang emas seperti kakak-kakaknya di kemudian hari.

Alessandro Bastoni dan Filippo Melegoni adalah dua penggawa muda, baru berusia 17 tahun, yang bahkan sudah merasakan debut Serie A tatkala La Dea bersua Sampdoria (22/1) kemarin. Rasa-rasanya tak butuh waktu lama juga buat top skorer tim Primavera Atalanta, Christian Capone (17), untuk mencicipi laga pertamanya di Serie A dalam waktu dekat.

Nama-nama seperti Thomas Bolis, Alessandro Mallamo, Simone Mazzocchi dan Levente Szabo tampaknya juga sudah mengantre buat unjuk gigi di usia muda andai Gasperini membutuhkan tenaga mereka. Gelar scudetto atau Piala Italia memang hal yang asing bagi Atalanta, namun status mereka sebagai pabrik penghasil pesepakbola muda berbakat di Italia masih akan susah ditandingi klub-klub lainnya.

#ForzaLaDea

 Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)