Kolom Nasional

Kisah Roller Coaster Hansamu Yama

Hanya beberapa hari jelang diselenggarakannya Piala AFF 2016, sebuah kabar buruk menerpa tim nasional Indonesia. Salah satu penyerang andalan skuat merah-putih, Irfan Bachdim, dipastikan absen karena cedera. Sialnya cedera tersebut didapat akibat tekel yang dilakukan oleh bek muda timnas, Hansamu Yama Pranata pada sesi latihan.

Kejadian tersebut jelas membuat kepala Alfred Riedl, pelatih timnas, pening bukan main. Pasalnya Irfan yang punya skill dan pemahaman taktik mumpuni merupakan salah satu kartu truf di sektor depan Indonesia bersama sang kapten, Boaz Solossa. Dengan urung tampilnya eks pemain Consadole Sapporo itu, maka Riedl harus mencari dan mencoba strategi alternatif yang lain.

Lebih jauh, Hansamu Yama pun menjadi sasaran utama kecaman dan cacian publik. Dirinya dianggap teledor karena melakukan hal yang sangat merugikan timnas Indonesia.  Apalagi timnas kali ini mesti berlaga di Piala AFF 2016 dengan sejumlah problem seperti batasan jumlah pemain yang boleh dipanggil dari satu klub tertentu.

Akan tetapi publik juga harus menyadari bila kejadian semacam ini bisa terjadi kepada pesepakbola manapun. Sebagai contoh adalah menepinya Fabio Cannavaro hanya beberapa hari sebelum Piala Eropa 2008 dihelat.

Ketika itu kapten Gli Azzurri tersebut mendapat cedera ligamen kala menjalani sesi latihan akibat berbenturan dengan rekan setimnya, Giorgio Chiellini. Hal tersebut membuat pelatih Italia saat itu, Roberto Donadoni, mesti memanggil Alessandro Gamberini sebagai pengganti.

Cedera adalah hal yang lumrah terjadi dan bisa menimpa pesepakbola kapan saja, disaat berlatih maupun turun di sebuah laga. Hansamu sendiri menyangkal bila apa yang dilakukannya adalah sebuah kesengajaan, terlebih dirinya juga sangat menghormati seniornya itu.

“Saya tidak sengaja melakukan itu. Ini adalah musibah yang tidak terduga. Saya juga telah meminta maaf kepada Irfan”, papar Hansamu seperti dikutip dari jawapos.com.

Walau kecewa dan sedih, Irfan sendiri berusaha untuk berbesar hati dan tetap menyemangati rekan-rekannya di timnas. Hal ini terlihat dari pengakuan yang dibuat Irfan melalui akun instagram pribadinya saat Hansamu berhasil mencetak gol ke gawang Vietnam di babak semi final.

Disadari atau tidak, kasus ini jelas berpengaruh terhadap mental dan kepercayaan diri Hansamu. Terlebih ada pihak-pihak tertentu yang meminta Riedl untuk mencoretnya dari skuat yang akan berlaga di Piala AFF 2016. Beruntung, pelatih berkewarganeraan Austria tersebut bergeming dan tetap membawanya.

Di sini, pemain yang masih berusia 21 tahun dan membela klub Barito Putra ini seolah berada di titik nadir dalam karier sepak bolanya.

Namun semuanya berbalik 180 derajat begitu dirinya diberi kepercayaan oleh Riedl untuk merumput. Tak main-main, dirinya turun pada laga semifinal leg pertama versus Vietnam yang berlangsung di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor. Hansamu dimainkan Riedl bersama dengan Manahati Lestusen di jantung pertahanan Indonesia lantaran duo bek sentral Fachrudin Ariyanto dan Yanto Basna mesti absen akibat akumulasi kartu.

Di partai tersebut, pemain bernomor punggung 23 ini sukses membungkam cercaan publik usai menceploskan gol ke gawang Tran Nguyen Manh lewat sundulan kepala, memanfaatkan tendangan penjuru. Gol ini sendiri menjadi gol pembuka bagi Indonesia yang di akhir laga sukses mempecundangi kubu The Golden Stars, julukan Vietnam, dengan skor 2-1.

Di partai semifinal leg kedua, Hansamu lagi-lagi mendapat kepercayaan penuh dari Riedl untuk menggalang sektor belakang bersama dengan Fachrudin yang sudah kembali dari masa suspensi. Pada laga ini sendiri, dengan susah payah Indonesia berhasil menahan imbang Vietnam dengan kedudukan 2-2.

Hasil tersebut membuat Indonesia unggul agregat 4-3 sekaligus melenggang ke babak final Piala AFF untuk kali kelima setelah tahun 2000, 2002, 2004 dan 2010 guna bertemu tim yang diasuh Kiatisuk Senamuang, Thailand.

Namun pada Rabu (14/12) saat babak final leg pertama yang juga dimainkan di Stadion Pakansari, Hansamu semakin membuktikan diri bahwa dirinya layak berada di skuat.

Setelah tertinggal 1-0 via gol yang dilesakkan Teerasil Dangda di menit ke-32, Indonesia berusaha mati-matian untuk bangkit. Upaya Indonesia menyamakan kedudukan menemui hasil pasca sepakan keras Rizki Pora, yang membentur salah seorang pemain belakang tim Gajah Putih, mendarat dengan mulus di gawang Kawin Thamsatchanan pada menit ke-65.

Mendapat momentum, Indonesia terus menggeber serangan untuk membalikkan keadaan. Pada menit ke-70, Indonesia memperoleh sepak pojok. Jantung penonton yang ada di stadion maupun menyaksikan melalui layar kaca jelas berdebar-debar.

Rizky Pora yang mengeksekusi sepak pojok tersebut mengirimkan sebuah umpan lambung ke tiang jauh. Di tengah kerumunan pemain yang memenuhi kotak penalti, pemain bernomor punggung 23 dengan jersey berwarna merah melompat paling tinggi guna menyambut umpan tersebut dengan sebuah heading yang terarah.

Bola tersebut kemudian meluncur dan sukses menembus jala Thailand lantaran penjaga gawang Kawin Thamsatchanan telah mati langkah. Terdengar sorak-sorai penonton yang memadati Stadion Pakansari. Sementara di televisi, komentator berteriak lantang menyebut nama Hansamu Yama Pranata. Ya, sosok pesakitan jelang Piala AFF 2016 bergulir itu sekali lagi berhasil menunjukkan kehebatannya dan menjadi pahlawan buat skuat Garuda.

Papan skor berubah menjadi 2-1, Indonesia sanggup melakukan comeback yang sangat brilian!

Skor ini pun berhasil dipertahankan Boaz Solossa cs. hingga wasit asal Jepang, Jumpei Iida, meniup peluit panjang. Walau cuma menang tipis, Indonesia membawa modal yang cukup berharga jelang melawat ke Bangkok untuk melakoni babak final leg kedua pada Sabtu (17/12) mendatang.

Apa yang ditunjukkan Hansamu mengingatkan saya pada sosok Marco Materazzi, mantan bek timnas Italia dan Internazionale Milano. Selain jago menggalang pertahanan, baik Hansamu dan Materazzi juga memiliki kemampuan untuk mencetak gol melalui sundulan kepala memanfaatkan bola-bola mati. Terlebih, keduanya juga mengenakan kostum dengan nomor punggung yang sama.

Bagi Hansamu sendiri, perjalanan hidupnya selama kurang lebih satu setengah bulan terakhir ini naik turun bak roller coaster. Setelah dihujat habis-habisan oleh publik karena dianggap sebagai biang keladi absennya Irfan Bachdim dari skuat yang turun di Piala AFF 2016, pelan tapi pasti Hansamu berhasil mengubah cacian itu menjadi pujian karena penampilan apiknya sewaktu turun berlaga. Lebih-lebih dua gol yang mampu dibuatnya sejauh ini punya andil yang cukup tinggi bagi kesuksesan Indonesia.

From zero to hero, barangkali adagium tersebut memang pantas dialamatkan kepadanya. Semoga, di leg kedua nanti Hansamu bersama rekan setimnya dapat tampil maksimal sehingga bisa membawa pulang Piala AFF ke bumi pertiwi untuk pertama kalinya.

#AyoIndonesiaBisa