Kolom Eropa

Chelsea yang Semakin Yummy

Sudah menjadi rahasia umum jika makanan Italia disebut-sebut sebagai salah satu yang terlezat di muka bumi. Sungguh, baik lasagna, pasta maupun pizza adalah nikmat Tuhan yang tak boleh kita dustakan. Maka tak perlu heran juga bila Italia punya banyak sekali koki-koki jempolan yang namanya begitu mahsyur seperti Antonio Carluccio dan Gino D’Acampo.

Dan pada 4 April 2016 lalu, Roman Abramovich selaku pemilik “restoran” Chelsea yang berdiri megah di London secara resmi menunjuk lelaki paruh baya asal Italia, Antonio Conte, sebagai “koki” yang baru. Abramovich bahkan berani membayar Conte sebesar 6,5 juta poundsterling per tahun, jumlah yang tergolong fantastis, untuk menjadi koki utama di restoran miliknya.

Apa yang dilakukan Abramovich sangatlah wajar mengingat Chelsea mulai ditinggalkan pengunjung akibat menu-menu yang dihidangkan oleh koki ceriwis asal Portugal, Jose Mourinho, tak lagi menggugah selera. Hal itu membuat nama besar Chelsea tenggelam, kalah bersaing dari restoran bonafit bernama Manchester City atau bahkan kedai mini bernama Leicester City.

Meski kita juga sama-sama tahu jika Mourinho sempat mengantar Chelsea menjadi yang terbaik di tanah Inggris pada musim 2014/2015 silam.

Sang bos asal Rusia berharap tangan dingin Conte dalam meracik “makanan” membuat nama Chelsea kembali terangkat ke jajaran restoran top di Inggris pasca hanya nangkring di peringkat 10 musim kemarin. Upaya Abramovich untuk memudahkan kerja Conte di “dapur” The Blues pun tak main-main, beberapa nama “asisten” didatangkan, antara lain Marcos Alonso, Mitchy Batshuayi, N’Golo Kante dan David Luiz.

Keempatnya bakal bahu membahu dengan Diego Costa, Thibaut Courtois, Eden Hazard, Nemanja Matic dan Willian guna membuat menu terenak, lezat dan bergizi dari Chelsea. Sayangnya usaha Conte menciptakan menu anyar dengan rasa yang nikmat tak semudah membalik telapak tangan.

Setelah memenangi duel “menu masakan” dengan West Ham, Watford dan Burnley, Chelsea justru gagal menampilkan yang terbaik saat diimbangi Swansea City. Menu racikan Conte bahkan kalah enak usai dibekuk Liverpool yang dikomandoi Juergen Klopp dan Arsenal bersama chef gaek dengan segudang pengalaman, Arsene Wenger.

Dua kekalahan itu bahkan membuat The Blues keluar dari enam besar klasemen sementara. Alhasil, nada-nada sumbang yang menyatakan jika Chelsea bakal kesulitan naik lagi ke papan atas mulai bermunculan. Tak terkecuali oleh “pelanggan setia” mereka.

Pekerjaan rumah nan berat pun membuat Conte mati-matian mencari bumbu dan formula terbaik untuk menu andalannya di Chelsea. Sekiranya, agar itu juga sesuai dengan filosofinya dan cocok bagi “lidah” para pelanggan.

Lelaki berusia 47 tahun yang sukses mengantar Juventus sebagai restoran terbaik di Italia selama tiga musim berturut-turut, yakni musim 2011/2012 hingga 2013/2014, mengambil keputusan dengan kembali menggunakan resep andalannya, 3-5-2, tentunya dengan beberapa penyesuaian.

Hasilnya? Chelsea secara fantastis sanggup mengungguli lawan-lawannya di lima duel berikutnya. Lima tim yang jadi korban keganasan Hazard dan kawan-kawan itu adalah Hull City, Leicester City, Manchester United, Southampton dan yang teraktual, Everton. Hull dan Soton bahkan dipecundangi di hadapan pelanggan setia mereka sendiri.

Torehan-torehan positif tersebut melambungkan nama Chelsea. Apresiasi publik kepada racikan Conte bahkan makin meninggi akibat performa yang ditunjukkan Costa dan Hazard. Keduanya dianggap “lahir kembali” setelah musim lalu secara tragis gagal menampilkan performa terbaik dan jadi salah satu kambing hitam atas keterpurukan The Blues.

Kini Chelsea pun mulai nyaman mengisi slot tiga besar di papan klasemen sementara. Meski terlalu prematur untuk menilai, setidaknya ambisi Abramovich untuk melihat restorannya kembali jadi yang terbaik dengan menu yang semakin digemari publik mulai jelas terlihat.

Kewajiban utama Conte dan para asistennya sekarang adalah terus tampil konsisten menciptakan menu-menu yang bisa membuat lawan mati kutu. Sebab restoran-restoran lain semisal Arsenal, Manchester City, Liverpool atau bahkan Tottenham Hotspur pasti akan terus berbenah untuk meningkatkan kualitas masakannya.

Wabilkhusus pelanggan setia The Blues, saat ini, sah-sah saja untuk Anda menyebut bahwa menu yang ada di Chelsea terasa semakin yummy.

#KeepTheBlueFlagFlyingHigh